Thursday, October 26, 2017

Kesejarahan Kerajaan di Pasundan

Kesejarahan kerajaan Pakuan Pajajaran merupakan rangkaian tumbuh tenggelamnya beberapa kerajaan Sunda di Jawa barat. Sesudah Tarumanegara runtuh, seolah-olah di Jawa barat terjadi “kekosongan kekuasaan”, dalam pengertian tidak ada kerajaan baru selama kurang lebih 2 abad.

Di Jawa barat terjadi beberapa kali perpindahan pusat kerajaan (bandingkan dengan perpindahan pusat kerajaan Jawa tengah ke Jawa timur, kemudian kembali lagi ke Jawa tengah). Ada satu analisis, di Jawa barat ada kerajaan setelah runtuhnya Taruma. Sedangkan nama-nama yang dianggap sebagai nama kerajaan merupakan nama ibukota. Jika hal ini benar, berarti kerajaan Sunda telah beberapa kali berpindah pusat kerajaan dari Galuh sampai Pakuan Pajajaran.


Adapun sumber sejarah kerajaan Sunda berupa prasasti yang jumlahnya sedikit dan tidak menyebutkan nama kerajaan dengan jelas. 

a. Prasasti Rakryan Juru Pangambat (923M) 
Prasasti ini berbahasa Melayu kuno dan menyebutkan”ba(r) pulihkan haji sunda”. Hal ini sering dikatakan memulihkan raja Sunda yang berarti sebelumnya telah ada raja Sunda.

b. Carita Parahyangan (abad XVI) dan naskah Siksa Kanda ng Karesian (1518) 
Dari kedua sumber menyebutkan Sunda sebagai nama kawasan. Disebutkan nama Sang Rakeyan Darmasiksa sebagai titisan Batara Wisnu. Pemerintahannya didukung pendeta tradisi asli Sunda; Sanghyang Dara dan Sanghyang Siska. 

c. Berita Ming
Menurut berita Ming menyebutkan nama Sun-la. Sehingga membuktikan daerah Jawa barat dinamakan Sunda. 

d. Prasasti Sang Hyang Tapak/ Cibadak (1030)
Nama lain yang berhubungan dengan daerah Sunda yaitu nama pusat kerajaan. Prasasti yang berbahasa Jawa kuno ini menyebutkan istilah sunda dan nama raja Sri Jayabhupati sebagai haji ri Sunda, dengan gelar Wisnumurti. Prasasti dibuat sebagai tanda terima kasih raja terhadap Pajajaran yang memenangkan perang melawan kekuatan Swarnabhumi.
e. Prasasti Astanagede
Prasasti yang ditemukan di Kawali ini memuat perpindahan pusat pemerintahan dari Pakwan/ Pakuan Pajajaran ke Kawali.

Adapun penguasa di Sunda secara berurutan: Jayabhupati digantikan Rahyang Niskala Wastu Kencana dengan pusat pemerintahan di Kawali dan istana Surawisesa (prasasti Batu Tulis dan Kebantenan). Penggantinya adalah Rahyang Dewa Niskala, kemudian Sri Baduga (1350-1357). Pada masa pemerintahannya terjadi Peristiwa Bubat. Adapun raja yang memerintah di Pajajaran setelah peristiwa Bubat adalah: Hyang Bunisora (1357-1371) wali raja, Prabu Niskala Wastu Kancana (1371- .....?),  Tohaan ri Galuh (1475-1482), Sang Ratu Jayadewata (1482-1521), Prabu Surawisesa (1521-1535), Prabu Ratu Dewata (1535-1543), Sang Ratu Saksi (1543-1551), Tohaan ri Majaya (1551-1567) dan Prabu Nusiya Mulya (1567-1579).

Kehidupan masyarakat Sunda tampak adanya kelompok-kelompok yang berdasarkan fungsi, misal tukang, pengrajin tembaga, nelayan, peladang dan sebagainya. Secara umum mata pencaharian penduduk di bidang pertanian. Disamping itu juga perdagangan yang didukung pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Kalapa dan Cimanuk. Komoditas perdagangan berupa bahan makanan, lada, beras, asam, sayur, sapi, kambing, babi, buah, tuak, perdagangan budak dan bahan pakaian. Mata uang yang digunakan yaitu ceitis, calais, uang mas 8 mates dan tubhaya (=15 drahma) serta mata uang Cina, namun kita tidak mengetahui nilai tukarnya sekarang. Dalam kelompok peladang ada istilah: pehuma/ peladang, penggerek/ pemburu, panyadap/ penyadap. Kelompok berdasar ekonomi dibedakan pangalasan/ orang hutan, pande/ tukang, panyadap, panyawah, pehuma, pengurang dasa, calagra/ pemungut pajak di pelabuhan, rare angon/ penggembala. Kelompok alat negara: mantra, bayangkara, prajurit, hulu jurit, orang nu nagganan. Kelompok rohaniawan dan cendekiawan: memen/ dalang, para guna, para tanda, bujangga, brahmana, pandita, paraloka dan kelompok kawih.

Dalam kehidupan agama, pengaruh Hindu nampak cukup kuat. Misal dalam Sawakadarma disebutkan nama dewa Syiwa. Juga berkembang agama Budha yang bercampur dengan kepercayaan asli. Peninggalan bangunan diperkirakan berupa candi Hindu yaitu candi Cangkuang, lingga dan yoni.

Struktur birokrasi kerajaan meliputi raja di daerah merupakan raja merdeka namun tetap mengakui Tohaan di Pakwan Pajajaran sebagai junjungannya.  Raja dibantu putera mahkota, mangkubumi nu nanggagan, para mantra dan wado.

No comments:

Post a Comment