Sunday, October 22, 2017

Kerajaan Kediri_Puncak Susastra Hindu Buddha


Dari kerajaan Jenggala dan Kediri, maka kerajaan yang kedua memiliki perkembangan yang lebih pesat. Sumber sejarah kerajaan Kediri dapat ditelusuri dari beberapa prasasti dan berita asing, diantaranya:
a. Prasasti Sirah Keting (1104 M), memuat pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Jayawarsa.
b. Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono berisi masalah keagamaan, berasal dari raja Bameswara.
c. Prasasti Ngantang (1135 M), menyebutkan Raja Jayabaya yang memberikan hadiah kepada rakyat desa Ngantang sebidang tanah yang bebas dari pajak.
d. Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja Gandra yang memuat sejumlah nama hewan seperti Kebo Waruga dan Tikus Jinada.
e. Prasasti Kamulan (1194 M) memuat masa pemerintahan Kertajaya, Kediri berhasil mengalahkan musuh yang telah memusuhi istana di Katang-katang. 
f. Berita  Chu Fan Chi  karya Chou Ju Kua (1220 M)
g. Berita Ling wai tai ta  karya Chou Ku Fei.


Sejak masa berkembangnya kerajaan Kediri telah memunculkan beberapa unsur sebagai ciri khusus, yaitu:
a) Berkembangnya agama Hindu aliran Waisnawa (Airlangga titisan Wisnu)
b) Munculnya gejala Indonesianisasi (tokoh Punokawan)
c) Gelar pejabat menggunakan nama hewan
d) Berkembang sinkretisme Hindu-Budha-asli
e) Perkembangan tulisan berbentuk persegi
f) Puncak perkembangan sastra Indonesia kuno
g) Kebiasaan menggunakan lencana garudamukha

Berdasarkan ciri tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa jaman kerajaan Kediri telah memasuki fase ketiga dari akulturasi budaya Indonesia – India, dimana unsur India berkurang, sebaliknya unsur Indonesia mebih menonjol.

Berdasarkan prasasti peninggalan kerajaan Kediri, dapat diketahui raja-raja yang memerintah yaitu: Mapanji Garasakan (1042-1052), Alanjung Ayes (1052-1059), Sri Maharaja Samaratsaha (1059- ....?),  Sri Jayawarsa (1104), Bameswara (1117-1135), Jayabhaya (1135-1157), Sarweswara (1159-1169), Aryeswara (1169-1174), Kroncaradipa (1181), Kameswara (1182-1185) dan Kertajaya (1185-1222).

Kertajaya merupakan penguasa terakhir Kediri. Pada saat itu timbul pertentangan raja dengan brahmana karena brahmana menolak untuk menyembah raja sebagai dewa. Brahmana minta perlindungan kepada Ken Arok. Akibatnya muncul pertempuran di desa Ganter tahun 1222, dimana Kediri dapat dikalahkan.

Berdasarkan catatan Chou Ku Fei (buku Ling-wai-tai-ta) dapat diketahui kehidupan masyarakat Kediri. Masyarakat telah hidup teratur dan damai, dimana kehidupan pertanian terorganisir. Peternakan dan perdagangan cukup maju. Penduduk menanam kapas dan memelihara ulat sutra. Masyarakat sudah mengenal alat pembayaran yaitu uang perak. Untuk menopang penghasilan kerajaan, diberlakukan sistem pajak. Komoditas dagang berupa beras, emas, perak, daging, kayu cendana. Adapun bentuk pajak berupa beras, kayu dan palawija.

Struktur masyarakat kerajaan Kediri dibedakan atas dasar kedudukan dalam pemerintahan kerajaan yang meliputi :
a. golongan masyarakat pusat (kerajaan) yaitu masyarakat yang ada dalam lingkungan raja dan kaum kerabat serta kelompok pelayannya.
b. golongan masyarakat thani (daerah) yaitu golongan masyarakat yang terdiri dari pejabat atau petugas pemerintahan di wilayah thani (daerah).
c. golongan masyarakat non pemerintah yaitu golongan masyarakat yang tidak memiliki kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi (wiraswasta).

Bidang kesusastraan berkembang pesat dengan munculnya beberapa karya, diantaranya Baratayudha (Mpu Sedah dan Mpu Panuluh), Hariwangsa (Mpu Panuluh), Gatotkacasraya (Mpu Panuluh), Smaradahana (Mpu Darmaja), Lubdaka dan Wretasancaya (Mpu Tanakung) dan cerita Panji.

Pembangunan candi tidak begitu menonjol karena lebih menekankan kemajuan ekonomi untuk mendapatkan biaya pembangunan kekuatan laut.

No comments:

Post a Comment