Saturday, October 25, 2014

Karakteristik Bangunan Percandian di Indonesia


Bangunan percandian di Indonesia, baik yang bersifat Hinduistis maupun Buddhis memiliki ciri yang agak berbeda dengan bangunan sejenis di India atau negara lain.

Seni bangunan candi di Indonesia berlangsung sejak abad VIII hingga abad XV Masehi dan terpusat di Jawa tengah dan Jawa timur. Adapun candi di Sumatra ditemukan di Sumatra selatan, Muara Takus dan Padanglawas. Candi di Sumatra umumnyaberbentuk stupa (bersifat Budhis) dengan relief Heruka yang sedang menari. Relief ini menunjukkan perkembangan agama Budha aliran Tantrayana. Percandian tersebut didirikan dalam kurun waktu abad XI – XIV Masehi.

Secara umum bangunan candi di Indonesia dapat dibedakan atas dua langgam seni yaitu :
 
a. Candi langgam Jawa Tengah
Candi langgam Jawa Tengah memiliki ciri khas: berbentuk bangunan agak tambun, atap nyata berundak-undak, puncak atap berbentuk ratna atau stupa,  pintu candi terdapat hiasan kala makara, letak candi induk di tengah halaman, bentuk arca dipahat lebih luwes, relief timbul agak tinggi, lukisan naturalistis, kebanyakan menghadap ke timur dan umumnya terbuat dari batu andesit. Contoh : candi Borobudur, candi Sewu, Kalasan, Plaosan Lor dan sebagainya.

b. Candi langgam Jawa Timur (termasuk Sumatra)
Candi langgam Jawa Timur memiliki ciri khas yaitu: berbentuk bangunan ramping, atap merupakan perpaduan tingkatan, puncak berbentuk kubus, pintu masuk terdapat hiasan kala, bentuk arcanya agak kaku, relief timbul sedikit, lukisan bersifat simbolis (wayang), letak candi induk di belakang halaman, kebanyakan menghadap ke barat dan kebanyakan terbuat dari bata. Contoh : candi Kidal, candi Tikus, candi Panataran dan sebagainya.

Apabila ditinjau berdasarkan gaya arsitekturnya, bangunan candi di Indonesia dibedakan atas:

a. Candi gaya kuno tua
Gaya arsitektur kuno tua berlangsung pada abad VIII Masehi, kaki candi tidak terdapat hiasan, tidak terdapat susunan bingkai-bingkai, tidak ada goresan hiasan apapun, misal candi Gunung Wukir, candi Badut dan candi Kalasan. Lakukan pengamatan terhadap salah satu bangunan candi tersebut.

b. Candi gaya kuno muda
Gaya arsitektur kuno muda memiliki ciri : berbentuk candi ramping, berlangsung pada pertengahan abad XIII Masehi, kaki bersusun dua, dinding tubuh candi diberi kesan bertingkat dua oleh bingkai sabuk, atap tersusun rapat tidak berkesan berundak-undak, misal candi Jago, candi Kidal, candi Bajang Ratu, candi Panataran dan sebagainya.

Sedangkan berdasarkan tata letaknya, bangunan percandian dibedakan atas:

a. Candi Jawa Tengah selatan
Pola ini memiliki ciri bangunan candi induk berada ditengah-tengah, dikelilingi candi perwara. Hal ini menunjukkan sistem pemerintahan yang terpusat dan bersifat feodal. Bangunan candi pola tersebut meliputi: Kalasan, candi Sari, Borobudur, Mendut, candi Sewu, candi Plaosan, kompleks candi Prambanan. Amati salah satu denah bangunan candi  tersebut.

b. Candi Jawa Tengah utara
Bangunan candi dengan pola Jawa Tengah utara berupa gugusan candi yang masing-masing berdiri sendiri yang melambangkan pemerintahan yang demokratis.  Bangunan candi yang ada meliputi: candi Gunung wukir, candi Badut (di Jawa Timur), candi Dieng, candi Gedongsongo. Mengapa candi Badut termasuk pola Jawa Tengah utara ?

c. Candi Jawa Timur
Susunan candi Jawa Timur (termasuk pula candi di Sumatra) memiliki ciri bangunan candi induk terletak di bagian belakang halaman. Candi perwara (Pengawal) dan bangunan lain ada di depan. Pola ini menunjukkan pemerintahan federal yang terdiri atas negara-negara bagian dengan otonomi penuh. Pemerintah pusat berdiri di belakang mempersatukan daerah-daerah dalam rangka membentuk suatu  kesatuan. Bangunan candi ini meliputi: candi Kidal, candi Jago, candi Jawi, candi Panataran, candi Jabung, candi Muara Takus, candi Gunung Tua.

Berdasarkan sifat keagamaannya, bangunan candi dibedakan atas:
a. Candi Hinduistis
1) Candi berfungsi sebagai makam, dalam sumuran terdapat peripih berisi abu jenasah dan diatasnya terdapat arca perwujudan raja, misal candi Jawi sebagai makam raja Kertanegara sebagai Siwa Budha.
2) Pada ruang dan relung candi terdapat arca mahaguru, Durga dan Ganeça.
3) Puncak atap candi terdapat lingga, padma.
4) Pada dinding candi terdapat relief cerita Hinduistis, misal Ramayana.

b. Candi Budhistis
1) Candi berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa, didalam sumuran tidak terdapat peripih dan arca perwujudan raja. Abu jenasah ditanamkan di sekitar bangunan candi dalam bangunan stupa.
2) Pada relung dan ruang candi terdapat arca Sang Budha, Padmapani, Wajrapani.
3) Puncak atap candi terdapat stupa.
4) Pada dinding candi terdapat relief cerita Budhis: Lalitavistara, Jataka

Unsur arsitektur berupa bangunan peninggalan lain yang menyerupai candi diantaranya adalah :
a. Patirtan/ pemandian
Candi patirtan yang terkenal diantaranya candi Jolotundo dan Belahan (lereng gunung Penanggungan), candi Tikus (Trowulan) dan Goa Gajah (Gianyar Bali). Bangunan patirtan disusun menyerupai candi, namun fungsi utamanya adalah sebagai tempat pemandian khusus, dimana terdapat pancuran yang jumlahnya ganjil dan sumber air dianggap berasal dari tempat para dewa.

b. Candi padas
Candi padas dapat dijumpai di gunung Kawi, Tampaksiring, yaitu bangunan candi yang dipahatkan seperti relief di tebing padas sungai Pakerisan.

c. Gapura
Gapura berbentuk seperti candi. Pada bagian tubuh candi terdapat jalan keluar masuk, misal candi Jedong, candi Plumbangan dan candi Bajang Ratu. Pada umumnya bangunan ini terdapat di Jawa Timur.

d. Candi bentar
Bangunan candi ini dengan pola dasar gapura berbentuk seperti candi yang dibelah dan sebagai jalan keluar masuk yang disebut candi bentar, misal candi Waringin Lawang dan candi Bentar.

2. Stupa
Stupa digunakan sebagai penggambaran sewaktu Budha masuk nirwana. Bentuk stupa terdiri atas tiga bagian, yaitu:
a. Andah/ anda
Andah merupakan bagian bawah susunan stupa yang menggambarkan dunia bawah, yaitu tempat manusia yang masih dipenuhi hawa nafsu.

b. Yanthra
Yanthra merupakan suatu benda untuk memusatkan pikiran (meditasi).

c. Cakra
Cakra berbentuk mirip payung yang menggambarkan manifestasi tempat para dewa (nirwana).

Selain bangunan candi, juga berkembang seni patung/ arca. Patung merupakan bentuk pahatan yang berdiri sendiri dan melekat serta digambarkan lebih dari ¾ bagian. Patung selalu dikaitkan dengan fungsi keagamaan, sehingga banyak patung yang menggambarkan seorang raja yang sudah bersatu kembali. Sandaran patung disebut Stela, sedangkan bagian dasar patung terdapat lapik.

Untuk mengetahui sifat dan nama patung, dapat dilihat dari ciri/ lakçana atau atributnya. Secara umum patung bercirikan selalu memakai kalung upavita atau seorang dewa biasanya memakai mahkota. Contoh patung Hindu: syiwa sebagai Mahadewa, syiwa sebagai Mahaguru, syiwa sebagai Bhairawa, dewi Durga, Ganesha, Wisnu, Brahma. Sedangkan patung Budha memiliki ciri umum: rambut selalu keriting, di atas kepala terdapat sanggul (Usnisa) dan diantara kening terdapat jerawat (Urna). Perbedaan khusus patung Budha terletak pada sikap tangan.

Patung yang ditemukan pada umumnya memiliki keterkaitan dengan perkembangan agama. Arca di wilayah Jawa bersifat Hinduistis dan Budhis. Adapun arca yang ditemukan di Sumatra misal arca Bhairawa (Padang Raca), Amoghapasa (Rambahan) dan Heruka (Padanglawas), lebih mengarah sifat Budha aliran Tantrayana.

Disarikan dari berbagai sumber.

No comments:

Post a Comment