Wednesday, January 4, 2017

Sosialisasi Dalam Masyarakat


Sosialisasi menurut Soerjono Soekanto dikemukakan sebagai suatu proses tempat seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan perilaku orang-orang di dalam kelompok yang bersangkutan.
Sosialisasi yang berkembang dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi empat bagian, yaitu :
1. Sosialisasi primer
Peter Berger dan Luckman, mengemukakan pengertian sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, dimana ia menjadi anggota masyarakat.
2. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru dari dunia obyektif masyarakatnya.
3. Sosialisasi represif
Sosialisasi represif merupakan sosialisasi yang menekankan pengawasan yang ketat dan pemberian hukuman kepada setiap orang yang melanggar peraturan atau norma yang berlaku, misal di lingkungan pendidikan khusus (militer atau kepolisian).
4. Sosialisasi partisipasi
Sosialisasi partisipasi adalah sosialisasi yang menekankan pada keikutsertaan seorang individu dalam proses sosial. Individu yang mematuhi norma diberi pujian, sedangkan yang belum diberi bimbingan, diarahkan dan diluruskan seandainya terjadi penyimpangan.

Sosialisasi yang berlangsung dalam masyarakat dapat berjalan dengan baik dan lancar sangat dipengaruhi faktor :
1. Faktor internal
Faktor internal merupakan aspek yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor ini dapat meliputi motivasi, minat dan kemampuan yang dimiliki seorang individu dalam rangka menyesuaikan diri dengan tata pergaulan yang ada dalam masyarakat.

2. Faktor eksternal
Sedangkan faktor eksternal merupakan aspek yang berasal dari luar individu dalam melakukan sosialisasi di masyarakat. Faktor tersebut dapat berupa norma, nilai, struktur sosial, ekonomi, struktur budaya dan sebagainya.

Fungsi sosialisasi adalah :
1. Membentuk pola perilaku dan kepribadian individu berdasarkan kaidah nilai dan norma suatu masyarakat.
2. Menjaga keteraturan hidup dalam masyarakat atas keragaman pola tingkah laku berdasarkan nilai dan norma yang diajarkan.
3. Menjaga integritas kelompok dalam masyarakat.

Tujuan sosialisasi adalah :
1. Mewariskan nilai dan norma kepada generasi penerus
2. Membantu individu untuk mengenal lingkungan sekitar atau beradaptasi
3. Memberikan pengetahuan yang berhubungan dengan nilai dan norma yang harus dipelajari, diinternalisasi, serta dilakukan oleh individu
4. Menjaga hubungan sosial yang ditunjukkan dengan adanya integrasi dalam masyarakat.
5. Mencegah terjadinya perilaku menyimpang yang akan dilakukan seseorang / sebagai dasar pengendalian sosial.

Media Sosialisasi
Foller dan Jacobs mengemukakan empat agen utama sosialisasi yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa dan sekolah.
1. Keluarga
Keluarga merupakan tempat paling awal seorang individu melakukan pembelajaran diri dalam masyarakat. Secara sosiologis, keluarga dapat dibedakan atas keluarga inti (batih/ nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Keluarga inti terdiri atas ayah, ibu, anak yang tinggal di dalam satu rumah dalam waktu relatif lama. Orang tua memiliki peran penting dalam sosialisasi awal bagi seorang individu.
Orang tua memiliki peran penting dalam sosialisasi awal bagi seorang individu. Penanaman nilai dalam keluarga diharapkan dapat sesuai dengan karakter orang tua dan sejalan dengan nilai yang berkembang dalam masyarakat. Dalam proses pembelajaran anak, orang tua sangat berperan dengan mengambil kebijakan untuk :
1) Mengusahakan anak-anaknya agar selalu berdekatan dengan orang tuanya.
2) Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar sehingga anak tidak merasa tertekan jiwanya.
3) Mendorong agar anak dapat membedakan antara perilaku benar dan salah, baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, dan sebagainya.
4) Memberikan contoh perilaku yang baik dan pantas bagi anak-anaknya.
5) Menasehati anak jika melakukan kesalahan, selanjutnya menunjukkan dan mengarahkan ke jalan yang benar, serta tidak mudah dalam menjatuhkan hukuman kepada anak.

Dalam lingkungan keluarga, sosialisasi dapat dibedakan atas sosialisasi represif dan sosialisasi partisipasi. Sosialisasi represif (repressive socialization) mengutamakan adanya ketaatan anak pada orang tua. Sedangkan sosialisasi partisipasi (participatory socialization) mengutamakan partisipasi dari anak.
1) Sosialisasi represif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) menghukum perilaku yang keliru.
b) hukuman dan imbalan material.
c) kepatuhan anak.
d) komunikasi sebagai perintah.
e) komunikasi non verbal.
f) sosialisasi berpusat pada orang tua.
g) anak memperhatikan keinginan orang tua.
h) keluarga merupakan significant order (dominasi orang tua).

2) Sosialisasi partisipasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) memberikan imbalan bagi perilaku yang baik.
b) hukuman dan imbalan simbolis.
c) otonomi anak.
d) komunikasi sebagai interaksi.
e) komunikasi verbal.
f) sosialisasi berpusat pada anak.
g) orang tua memperhatikan keinginan anak.
h) keluarga merupakan generalized order (kerjasama ke arah tujuan).

2. Kelompok bermain (peer group)
Sejak lahir individu melakukan sosialisasi awal di lingkungan keluarga. Sejalan dengan bertambahnya usia, individu mulai mengenal teman sebaya sebagai kelompok bermain atau peer group. Individu/ anak mulai mempelajari aturan yang berkaitan dengan peranan orang yang kedudukannya sederajat. Individu akan menemukan keadaan yang berbeda dan kemampuan baru bersama teman bermainnya.
Pada usia remaja, kelompok bermain berkembang menjadi kelompok persahabatan yang lebih luas. Hal ini disebabkan bertambah luasnya ruang lingkup pergaulan remaja. Adapun peran positif kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian anak diantaranya :
1) Rasa aman dan rasa dianggap penting dalam kelompok akan sangat berguna bagi perkembangan jiwa anak.
2) Perkembangan kemandirian remaja tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan.
3) Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa, takut, khawatir, gembira dan sebagainya yang mungkin tidak diperoleh di rumah.
4) Melalui interaksi dalam kelompok, remaja dapat mengembangkan berbagai ketrampilan sosial yang berguna bagi kehidupannya kelak.
5) Pada umumnya kelompok persahabatan memiliki pola perilaku dan kaidah tertentu yang mendorong remaja untuk bersikap lebih dewasa.

3. Sekolah
Dreeben mengemukakan bahwa melalui media sekolah, anak dituntut memiliki tanggungjawab yang lebih karena semua pekerjaan yang diberikan sekolah tidak bisa dikerjakan dengan mengharapkan bantuan dari orang tua. Guru akan menuntut seorang anak untuk mandiri dan tidak tergantung kepada orang tua.
Sekolah merupakan tahap peralihan antara keluarga dan masyarakat. Sekolah memperkenalkan aturan yang baru bagi individu dimana sering berbeda dengan aturan yang telah dipelajari selama sosialisasi dalam keluarga.

Menurut Horton, fungsi nyata dari pendidikan diantaranya adalah :
1) Sebagai modal penting dalam menentukan mata pencaharian.
2) Dapat mengembangkan potensi demi pemenuhan kebutuhan pribadi dan pengembangan masyarakat
3) Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
4) Membentuk kepribadian.

4. Media massa
Media massa merupakan sarana komunikasi masyarakat secara luas yang memberikan pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat. Media massa dapat berupa media cetak maupun media elektronik. Pesan yang disampaikan melalui media massa berbeda satu dengan yang lain dan kadang-kadang bertentangan dengan aturan yang dipahami di rumah.

5. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja ikut mempengaruhi pembentukan kepribadian seorang individu. Setiap individu bekerja dalam kegiatan kelompok sesuai dengan tugasnya masing-masing. Pengaruh tersebut pada umumnya mengendap dalam diri individu dan sulit untuk diubah, terutama jika individu cukup lama bekerja di lingkungannya.

Tahap sosialisasi
Mengenai tahap-tahap sosialisasi telah banyak dikemukakan para ahli. Dalam hal ini akan diperkenalkan pemikiran :

a. George Herbert Mead
Sosialisasi yang dilakukan individu melalui peran yang harus dijalankan, sehingga lahir teori peranan atau Role Theory yang meliputi tahap :

1) Play Stage
Tahap ini sering diistilahkan dengan tahap bermain. Tahap bermain ditandai dengan peran yang dilakukan anak kecil yang menirukan peran yang dimainkan orang yang berada di sekitarnya, misal orang tua atau orang dewasa lainnya. Anak kecil yang bermain peran dan menjalankan peran tanpa memahami isi peran tersebut.

2) Game Stage
Game stage diistilahkan dengan tahap permainan, yang ditandai masa peniruan sudah mulai berkurang dan digantikan dengan peran yang secara langsung dimainkan dengan penuh kesadaran. Jumlah individu yang berinteraksi dengannya makin banyak dan kompleks serta mulai memahami peranan yang harus dijalankan orang lain.

3) Generalized Others
Generalized others sering diistilahkan dengan tahap penerimaan norma kolektif. Tahap ini ditandai dengan anak telah menginjak dewasa dan mampu mengambil peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat. Individu mampu berinteraksi dengan orang lain karena telah memahami peranan sendiri dan peranan orang lain.
Dengan demikian tampak sekali bahwa seorang individu terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.

b. Charles Horton Cooley
Gagasan Cooley sering dikenal dengan Looking Glass-self (Cermin Diri) yang dalam hal ini menekankan pentingnya peranan interaksi dalam sosialisasi. Seorang individu akan berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Individu tersebut berkembang melalui tahap :
1) Persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya.
2) Persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya.
3) Seorang individu mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadap dirinya.

6. Peranan nilai dan norma sosial dalam sosialisasi
Hidup manusia berpola pada nilai sosial. Nilai sosial merupakan ukuran, patokan, anggapan dan keyakinan yang dianut oleh orang banyak dalam suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap benar, pantas, luhur, dan baik untuk dikerjakan, dilaksanakan atau diperhatikan. Nilai sosial dapat dirumuskan sebagai petunjuk secara sosial terhadap obyek baik yang bersifat material maupun non material. Nilai sosial bersifat abstrak, sehingga harga diri diukur berdasarkan struktur sosial yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, nilai digunakan sebagai patokan berperilaku sosial, sehingga individu yang menjadi anggota kelompok harus melakukan penyesuaian terhadap nilai yang berlaku dalam masyarakat

Dalam sosialisasi, individu akan diajarkan nilai dan norma sosial yang ada dalam masyarakat. Pengetahuan dan pemahaman mengenai nilai dan norma sosial sangat penting dalam proses tersebut, agar manusia mampu melakukan penyesuaian terhadap nilai dan norma sosial yang sudah ada di dalam masyarakat. Sebagai petunjuk dan pedoman berperilaku serta sikap manusia, nilai dan norma disosialisasikan generasi tua kepada generasi muda di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat luas. Dengan demikian sosialisasi dapat dikatakan pula sebagai proses memahami nilai dan norma sosial yang ada dalam masyarakat.

No comments:

Post a Comment