Monday, January 30, 2017

Ciri Manusia Praaksara di Indonesia

Berdasarkan penelitian hasil temuan peninggalan sejarah yang berupa fosil (tulang manusia, hewan dan tumbuhan) maupun artefak (peralatan hidup) yang telah membatu, ternyata dapat diketahui bahwa di Jawa pernah hidup berbagai jenis manusia sejarah awal. Fosil manusia yang ditemukan berupa tengkorak, tulang paha, tulang kaki, dan rahang. Dengan merekonstruksi fosil tersebut, maka para ahli berusaha menganalisis bentuk fisik dan tingkat budaya saat itu.

Fosil manusia yang ditemukan pada jaman pleistosen terdapat di berbagai tempat di dunia. Di Indonesia sebagian besar baru ditemukan di Jawa. Indonesia, dalam hal ini Jawa menduduki posisi penting dalam perkembangan paleoantropologi, dimana banyak ditemukan fosil dari segala jaman pleistosen. Oleh karena itu nampak sekali perkembangan biologis manusia tersebut. 

Manusia Dalam Perubahan dan Keberlanjutan


Perubahan dapat dikatakan sebagai gejala yang biasa terjadi dalam setiap masyarakat manusia. Cepat atau lambat, manusia atau masyarakat akan mengalami perubahan. Perubahan dalam masyarakat akan terus berlangsung seiring dengan perjalanan waktu.

1. Perubahan dalam sejarah
Perubahan ini dapat diartikan sebagai segala aspek kehidupan yang terus bergerak seiring dengan perjalanan kehidupan masyarakat. Heraclitus mengatakan “Panta rei”, artinya tidak ada yang tidak berubah, semuanya mengalir, masyarakat sewaktu-waktu bergerak dan berubah. Wertheim, menuliskan, History is a continuity and change (Sejarah adalah peristiwa yang berkesinambungan dan perubahan).

Perkembangan kehidupan dalam masyarakat ada yang berlangsung lambat dan ada yang cepat. Arah perubahan dibedakan atas keadaan yang lebih baik (progres) dan keadaan yang lebih buruk (regres).

Kehidupan Manusia Praaksara_Jaman Paleolithikum di Indonesia

Pada masa paleolithikum atau jaman batu tua berlangsung cukup lama. Jaman batu tua bercirikan kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering). Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia hidup mengembara. Pengalaman yang diperoleh mendorong berkembangnya cara berpikir meskipun sangat lambat. Manusia mulai menggunakan alat sederhana untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan manusia yang masih terbatas nampak dalam pemanfaatan bahan yang disediakan oleh alam yaitu batu, kayu dan tulang. Tujuan utama pembuatan alat sekedar untuk mempermudah upaya memperoleh bahan makanan. 

Tradisi peralatan hidup pada jaman ini dikenal perkakas batu dengan tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih. Adapun teknologi pembuatannya, berupa tradisi batu inti dan tradisi alat serpih. Tradisi batu inti dilakukan dengan cara pemangkasan pada segumpal batu atau kerakal untuk memperoleh asatu bentuk alat, misal kapak perimbas, kapak genggam. Sedangkan tradisi alat serpih berupa alat batu yang dibuat dari serpihan atau pecahan batu. Teknologi ini berkembang sejak pleistosen tengah. Sedangkan pada pleistosen akhir diketahui pembuatan alat dari tulang dan tanduk. Peralatan hidup yang dihasilkan dapat dibedakan atas :

Sunday, January 29, 2017

Kebudayaan Neolithikum di Indonesia_Masa Praaksara

Setelah berkembang budaya mesolithikum, sekitar tahun 4000 SM berlangsung penyebaran bangsa yang membawa kebudayaan neolithikum. Pangkal penyebaran kebudayaan ini dari daerah Yunan (Asia daratan), melalui 2 jalur : jurusan Barat melalui Malaya – Sumatra – Jawa – Nusa Tenggara – Sulawesi. Alat yang dikembangkan adalah kapak yang berbentuk persegi dan sudah dihaluskan. Oleh karena itu ciri kebudayaan ini disebut kebudayaan kapak persegi. Sedangkan jurusan Utara melalui Jepang – Philipina – Sulawesi dan Irian. Bentuk alat budaya berupa kapak lonjong yang sudah dihaluskan, sehingga kebudayaan ini dinamakan kebudayaan kapak lonjong. Baik penyebaran jalan Barat maupun Utara, merupakan pangkal nenek moyang bangsa Indonesia (lihat Soekmono.1986. Pengantar Sejarah Kebudayaan Jilid 1). Dengan demikian kebudayaan neolithikum merupakan kebudayaan yang tersebar di  seluruh kepulauan Indonesia. 

Tingkat budaya masyarakat yang makin tinggi nampak dari berkembangnya masa bercocok tanam yang ditandai kemampuan mengupam dan pembuatan gerabah. Peralatan hidup yang dihasilkan berupa beliung, kapak bahu, mata panah dan mata tombak. Selain itu juga alat obsidian dan mata panah sebagai alat berburu dan alat pemukul kulit kayu. Adapun kebudayaan neolithikum meliputi :

Perkembangan Jaman Logam di Indonesia_Masa Praaksara

Budaya logam yang berkembang di Indonesia memunculkan masyarakat pertukangan. Sejalan dengan meningkatnya kemampuan melebur biji besi dan pembuatan alat dari logam, menimbulkan pembagian kerja. Pembagian kerja untuk melaksanakan berbagai kegiatan hidup yang makin ketat. Kehidupan desa makin berkembang, kehidupan meningkat dan pelayaran perdagangan lebih maju.

Kehidupan pada masa perundagian sangat penting artinya dalam perkembangan sejarah Indonesia. Pada masa tersebut terjalin hubungan dengan daerah di sekitar kepulauan Indonesia. Hubungan dilakukan karena bahan pembuatan alat hanya tersedia di daerah tertentu dan untuk memperolehnya dilakukan dengan sistem barter.

Adapun jenis manusia yang mendiami Indonesia pada jaman perundagian dapat diketahui dari penemuan kerangka manusia di Anyer Lor, Puger (Banyuwangi), Gilimanuk dan Melolo. Di daerah Anyer Lor menunjukkan manusia Austromelanesoid, Gilimanuk memperlihatkan manusia Austromelanesoid tetapi ciri manusia Mongoloid lebih nampak. Sedangkan di Melolo lebih menunjukkan unsur Mongoloid dengan tengkorak bundar dan muka datar. Dengan demikian di Melolo terjadi percampuran ras Austromelanesoid dan Mongoloid.

Terbentuknya Jaringan Pelayaran Perdagangan Masa Hindu Buddha di Indonesia

Wilayah Indonesia sebagaimana kita ketahui berupa kepulauan, antar daerah dihubungkan dengan laut. Laut tidak dianggap sebagai batas pemisah, namun dikembangkan menjadi sarana untuk melakukan mobilitas dan aktivitas antar daerah.

Pentingnya peran laut, nampak dari munculnya ibukota kerajaan bercorak Hindu Buddha yang pada umumnya ada di daerah pantai. Pusat integrasi (baca kerajaan) yang ada di Indonesia berlangsung melalui penguasaan/ hegemoni laut. Kehidupan kerajaan yang muncul, ditentukan oleh kemampuan dan kepedulian terhadap laut. Hal ini memunculkan perkembangan baru yang meliputi :
1.   Pertumbuhan jalur perdagangan yang melalui titik strategis di sepanjang pantai
2. Kemampuan mengendalikan / kontrol politik dan militer penguasa tradisional (raja) dalam menguasai jalur utama dan pusat perdagangan di nusantara. 
Dengan demikian prasyarat untuk dapat menguasai jalur dan pusat perdagangan ditentukan oleh perhatian/ cara pandang dan kemampuan menguasai lautan.

Jika pada masa praaksara hegemoni budaya dominan datang dari pendukung budaya Austronesia dari Asia Tenggara Daratan. Pada masa perkembangan Hindhu-Budha di Nusantara terdapat dua kekuatan peradaban besar, yaitu Cina di utara dan India di bagian barat daya. Kedua kebudayaan ini memiliki pengaruh yang sangat besar bagi penduduk di Kepulauan Indonesia. Peralihan rute perdagangan dunia ini telah membawa berkah tersendiri bagi masyarakat dan suku bangsa di Nusantara.  Mereka secaara langsung terintegrasikan ke dalam jalinan perdagangan dunia pada masa itu. Selat Malaka manjadi penting sebagai pintu gerbang yang menghubungkan antar pedagang-pedagang Cina dan pedagang-pedagang India. 

Pada masa itu Selat Malaka merupakan jalur penting dalam pelayaran dan perdagangan bagi pedagang yang melintasi bandar-bandar penting  di sekitar Samudera Indonesia dan Teluk Persia. Selat itu merupakan jalan laut yang menghubungkan Arab dan India di sebelah di sebelah barat laut Nusantara, dan dengan Cina di sebelah timur laut Nusantara. Jalur ini merupakan pintu gerbang pelayaran yang dikenal dengan nama“Jalur Sutra”. Penamaan ini digunakan sejak abad ke-1 hingga ke-16 M, dengan komoditas kain sutera yang dibawa dari Cina untuk diperdagangkan di Wilayah lain. Ramainya rute pelayaran ini mendorong timbulnya bandar-bandar penting di sekitar jalur, antara lain Samudera Pasai, Malaka, dan Kota Cina (Sumatra Utara sekarang).

Seiring dengan kian terbukanya jalur niaga Selat Malaka dengan perdagangan dunia internasional, jaringan perdagangan antarbangsa dan penduduk di Kepulauan Indonesia juga berkembang pesat selama Hindhu-Budha. Jaringan dagang dan jaringan budaya antar kepulauan di Indonesia itu terutama terhubungkan oleh jaringan laut Jawa hingga kepulauan Maluku. Mereka secara tidak langsung juga terintegrasikan dengan jaringan ekonomi dunia yang berpusat di sekitar Malaka, dan sebagian di pantai barat Sumatra seperti Barus. Komoditas penting yang menjadi barang perdagangan pada masa itu adalah rempah-rempah, seperti kayu manis, cengkeh, dan pala.  

Pertumbuhan jaringan dagang internasional dan antar pulau telah melahirkan kekuatan politik baru di Nusantara. Peta politik di Jawa dan Sumatra abad ke-7, seperti ditunjukan oleh D.D.E. Hall, bersumber dari catatan pengunjung Cina yang datang ke Sumatra. Dua negara di Sumatra disebutkan, Mo-lo-yeo (Melayu) di pantai timur, tepatnya di Jambi sekarang di muara Sungai Batanghari.  Agak ke selatan dari itu terdapat  Che-li-fo-che, pengucapan cara Cina untuk kata bahasa sansekerta, Criwijaya. Di Jawa terdapat Tarumanegara, dengan rajanya Purnawarman, di Jawa bagian tengah ada Ho-ling (kalingga), dan di Jawa bagian timur ada Singhasari dan Majapahit.

Selama periode Hindhu-Budha, kekuatan besar Nusantara yang memiliki kekuatan integrai secara politik, sejauh ini dihubungkan dengan kebesaran kerajaan Sriwijaya, Singhasari, dan Majapahit. Kekuatan integrasi secara politik di sini maksudnya adalah kemampuan kerajaan-kerajaan tradisional tersebut dalam menguasai wilayah-wilayah yang luas di Nusantara di bawah kontrol politik secara longgar dan menempatkan wilayah kekuasaannya itu sebagai kesatuan-kesatuan politik bawah pengawasan dari kerajaan-kerajaan tersebut. Dengan demikian pengintegrasian antarpulau secara lambat laun mulai terbentuk.

Jika kita menelusuri kembali kehidupan kerajaan bercorak Hindu Buddha, jalur perdagangan yang berkembang di Indonesia, sangat ditentukan oleh kepentingan ekonomi pada saat itu. Perkembangan jalur/ rute perdagangan dalam setiap jaman adalah berlainan. Pada masa Hindu Buddha di Indonesia, terdapat dua kekuatan besar yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia, yaitu China/ Tiongkok dan India. 

Sejarah hubungan Indonesia dengan Cina telah dimulai sejak jaman dulu. Hal ini didukung adanya bukti nekara yang ditemukan di Sangen. Pada nekara tersebut terdapat gambar orang menunggang kuda dengan pakaian Tartar. Orang Indonesia aktif datang ke Cina atau sebaliknya nampak jelas setelah abad pertama Masehi. 

Faktor ekonomi perdagangan yang ditopang teknik pelayaran menjadi pendorong utama kedatangan bangsa Cina ke Asia Tenggara (Indonesia). Berdasarkan catatan Cina, pemukiman Cina telah dijumpai di pantai utara Jawa pada 300 tahun sebelum Masehi. Dalam perkembangan berikutnya, muncul catatan lain dari abad 2 sebelum Masehi dan abad XI Masehi. Kedatangan bangsa Cina dalam jumlah besar ke nusantara berlangsung pada abad IX Masehi. Dari sumber sejenis pula dapat diketahui kesejarahan kerajaan bercorak Hindu Buddha di Indonesia. Namun demikian, faktor perdagangan tetap menjadi tujuan utama, sehingga kedatangan bangsa Cina tidak diikuti dengan penyebaran agama atau kepercayaan kepada masyarakat Indonesia. Adapun pengaruh dalam aspek budaya baru nampak jelas sejak masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia.

Pada permulaan abad pertama atau kedua Masehi, telah terdapat tanda-tanda hubungan Indonesia – India. Seperti dikemukakan G. Coedes, orang India datang ke Asia Tenggara/ Indonesia untuk keperluan istana dan kaum bangsawan.

Awal Masa Pendudukan Jepang di Indonesia

Mempelajari masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) semakin lama semakin menambah rasa keingintahuan kita. Suatu masa yang cukup singkat, namun banyak berpengaruh terhadap keberlanjutan bangsa Indonesia di masa berikutnya.

Pada awal masa pendudukan, untuk sementara Jepang mempertahankan organisasi pemerintahan apa adanya. Aparat pemerintahan dipertahankan, kecuali pimpinannya harus orang Jepang. Orang Belanda dibiarkan memegang jabatan asal tidak menyangkut urusan politik militer. Hal ini berlangsung untuk sementara, dimana setelah Jepang memiliki pengetahuan dan pegawai yang cukup, maka orang Belanda dimasukkan kamp interniran. Orang Cina tidak ditangkap karena memiliki perusahaan besar. Lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan dan bendera Merah Putih boleh dikibarkan. 

Sejak bulan Maret 1942, pendudukan Jepang mengeluarkan larangan kegiatan pembicaraan, pergerakan tentang negara. Pada bulan April 1942, dilakukan pembukaan kembali sekolah dengan bahasa Melayu atau bahasa daerah sebagai pengantar. Disamping itu untuk menghilangkan pengaruh Belanda/ Eropa diupayakan mengubah nama daerah dengan istilah  Belanda menjadi berbahasa Indonesia (Batavia menjadi Jakarta; Meester Cornelis menjadi Jatinegara, Buitenzorg menjadi Bogor).

Wednesday, January 25, 2017

Kebijakan Pemerintahan Pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia

Kebijakan pemerintah pendudukan Jepang bertolak pada tujuan utama yaitu menyusun dan mengarahkan kembali perekonomian Indonesia dalam menopang upaya perang Jepang dan rencana bagi dominasi ekonomi jangka panjang terhadap Asia timur dan tenggara. Adapun prioritas kebijakan Jepang terhadap Indonesia ialah:
1. Menghapuskan pengaruh Barat
2. Memobilisasikan rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang

Usaha-usaha pemerintah pendudukan Jepang meliputi:
1. Melarang pemakaian bahasa Belanda dan bahasa Inggris dan memajukan pemakaian bahasa Jepang.
2. Memperkenalkan penggunaan kalender Jepang.
3. Melarang semua kegiatan politik dan membubarkan semua perkumpulan yang ada.

1. Kebijakan politik pemerintah Jepang pada awal masa pendudukan

Masa pendudukan Jepang selama 3,5 tahun merupakan suatu periode yang paling menentukan dalam sejarah Indonesia. Pada saat Jepang menyerah, telah berlangsung perubahan luar biasa yang memungkinkan terjadinya revolusi Indonesia. 

Mobilisasi Rakyat Indonesia dan Dampak Pendudukan Jepang

Masa pendudukan Jepang di Indonesia merupakan periode yang sangat penting, utamanya meninggalkan catatan yang  negatif. Dalam kesempatan ini, saya mencoba membuat deskripsi mengenai mobilisasi rakyat dan dampak yang ditimbulkan.

Seperti diketahui, pendudukan Jepang atas Indonesia (1942-1945) didasarkan pada dua prioritas : menghapuskan pengaruh bangsa barat dan memobilisasi rakyat untuk membantu Jepang menghadapi Jepang Asia Timur Raya. Sebagai realisasi prioritas tersebut maka dilakukan upaya berikut :

1. Pengerahan ekonomi
Asia Tenggara, khususnya Indonesia memegang peran penting bagi pendudukan Jepang untuk menopang kebutuhan industri dan keperluan perang. Dari Indonesia diperlukan minyak dan karet. Indonesia dijadikan home front (daerah belakang) dengan fungsi mencukupi keperluan perang Jepang. Dengan slogan Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya, Jepang berusaha mengeksploitasi sosial ekonomi Indonesia demi kemenangan perang. 

Wilayah Indonesia dibagi atas tiga daerah ekonomi. Jawa dibagi atas 17 lingkungan daerah ekonomi. Setiap daerah diharuskan dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan menopang kebutuhan perang Jepang (sistem autarchi). Melalui organisasi Tonarigumi dan Nogyo Kumiai dilakukan kampanye pengerahan barang dan pangan. Pengerahan dan eksploitasi sumber alam, penebangan hutan dan penyerahan hasil bumi menimbulkan dampak luas bagi rakyat Indonesia. Perdagangan antar daerah dilarang pemerintah pendudukan. Pengendalian harga barang dilakukan dengan ketat. Penduduk yang tertangkap melanggar ketentuan akan diproses oleh Kempetai (polisi militer Jepang). 

Teori Masuknya Agama dan Budaya Islam di Indonesia

Menganalisis tentang masuknya Islam di Indonesia sangat menarik, dimana muncul beberapa pendapat dari pada ahli. Kedatangan Islam di berbagai daerah di Indonesia ternyata tidak bersamaan waktunya. Sedangkan pendapat para ahli masih berlainan, baik Islam sebagai agama maupun arus kebudayaan yang ditinjau dari asal maupun waktunya. Adapun pendapat tersebut meliputi: 

a. Snouck Hurgronje dan JP. Moquette
Menurut pendapat mereka, Islam masuk ke Indonesia memalui Gujarat, India. Hal ini didasarkan pada batu nisan yang dijumpai di nusantara, misal batu nisan makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik dan batu nisan makam sultan Malik as Saleh di Pasai. Di kedua contoh tersebut memiliki bentuk yang sama dengan batu nisan di Cambay, India.

b. Soetjipto Wirjosoeparto
Menurut Soetjipto W, Islam masuk ke Indonesia melalui Gujarat, India. Hal ini diperkuat bukti bahwa salah satu nisan makam raja Islam di Sumatra (sultan Malik as Saleh) berasal dari Gujarat.

c. Hoesein Djajadiningrat
Islam masuk ke Indonesia berawal dari daerah Persia/ Iran. Hal ini didukung adanya ejaan dalam tulisan Arab dan gelar Shah atau Syah yang biasa digunakan di Persia juga pernah dipergunakan raja Malaka dan Aceh.

Manfaat Sejarah

Keberadaan sebuah ilmu yang ada di dunia ini tidak akan langgeng tanpa adanya kesadaran akan manfaatnya bagi manusia. Demikian hanya dengan sejarah sebagai salah satu cabang ilmu. Manusia mempelajari sejarah dengan satu kanduangan maksud yang isinya sangat beragam. Sebagai pengertian dasar bahwa keadaan manusia yang ada sekarang ini merupakan hasil kejadian masa lalu maka perlu dirinci tentang kegunaan meneropong masa lalu melalui sejarah.

Sejarah sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan tidak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kaitanhya dengan belajar sejarah, kita dapat mengambil manfaat sejarah, yang disebabkan :
1. Dapat mengakui keberadaan setiap manusia di masa lampau dan akan terus hidup abadi hingga saat ini dan mendatang.
2. Dapat mempersiapkan diri untuk menyampaikan kejadian masa lalu dan masa sekarang kepada generasi berikutnya sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman.
3. Dapat meyakinkan orang berdasarkan alasan peristiwa di masa lampau.
4. Dapat memperbaiki hidup sendiri dengan merujuk kepada peristiwa di masa lalu untuk diambil pelajaran dan hikmah sehingga bisa bermanfaat untuk di masa depan.

Pengertian dan Ruang Lingkup Sejarah


Secara etimologis, kata sejarah berasal dari bahasa Melayu yang mengambil aslinya dari bahasa Arab dari kata “Syajarah”. Kata tersebut masuk ke dalam perbendaharaan bahasa Indonesia (Melayu) setelah terjadinya akulturasi kebudayaan (proses percampuran dua kebudayaan atau lebih menjadi satu kebudayaan dengan tidak meninggalkan sifat dasar kebudayaan yang berpadu tersebut) Indonesia dengan kebudayaan Islam, yaitu puncaknya mulai abad 13 sejak berdirinya kerajaan Samudera Pasai di ujung utara Sumatera. Bangsa Melayu mengucapkan kata syajarah menjadi sejarah. 

Semula ada bermacam kemungkinan arti kata sejarah, yaitu: pohon, keturunan, asal-usul, dan juga diidentikkan dengan istilah silsilah atau riwayat. Seperti kita ketahui bersama, pohon adalah tumbuhan yang berasal dari biji. Dari biji inilah mula-mula tumbuh akar, kemudian batang, dari batang ini tumbuh terus dan selalu tumbuh hingga saat ini. 

Keadaan ini identik dengan perkembangan manusia. Dari Adam lahirlah anaknya manusia-manusia di dunia. Mereka terus berkembang turun-menurun dan tak ada hentinya, walau sedikitpun. Mereka terus tumbuh dan saat kini, sampai kepada kita, dan dari kita akan terus meneruskan sampai akhir jaman. Apabila kedua hal di atas tadi kita bandingkan, maka akan nampaklah kesejajaran antara sejarah dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia.

Kata Sejarah yang lebih dekat dengan pengertian, terkandung dalam bahasa Yunani yaitu Historia yang berarti Ilmu atau Orang pandai. Sedangkan dalam bahasa Inggris, History yaitu masa lampau umat manusia dan dalam bahasa Jerman, Geschichte yaitu sesuatu yang telah terjadi.
Beberapa definisi sejarah menurut para ahli :
a. DR. H. Roeslan Abdulgani, menyatakan bahwa ilmu sejarah ialah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadiannya, dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah progres masa depan. 
b. W.H. Walsh, berkata bahwa History is a significant narrative of human actions and experinces in the past (sejarah adalah catatan dari tindakan dan pengalaman masa lalu manusia). 
c. JV.  Bryce, dalam bukunya: The Study of America History, menyatakan, bahwa sejarah itu: It is the record of what man has though, said and done (sejarah adalah catatan-catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan dan diperbuat oleh manusia). 
d. Patrick Gardiner, menyatakan bahwa : History is the study of what human beings have done (sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia). 
e. Prof. H. Moh. Yamin, SH., menyatakan bahwa sejarah menurut paham ilmiah ialah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan. 
f. Sidi Gazalba menyatakan bahwa sejarah adalah gambaran masa lalu tentang  manusia dan sekitarnya sebagai makhluk  sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yang telah berlalu itu. 
g. R. Moh Ali menyimpulkan definisi sejarah sebagai berikut: 
1) Sejarah yaitu kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa seluruhnya, yang berhubungan dengan manusia, benda dan secara singkat ialah menyangkut perubahan yang nyata di dalam kehidupan manusia. 
2) Sejarah yaitu ceritera yang tersusun sistematis (serba rapi dan teratur).
3) Sejarah yaitu ilmu yang menyelidiki perkembangan peristiwa dan kejadian-kejadian di masa lampau.

Sebagai kesimpulan dapat disampaikan bahwa sejarah adalah sekumpulan peristiwa penting masa lalu sekelompok manusia tertentu di wilayah tertentu, sedang ilmu sejarah adalah ilmu yang mempelajari peristiwa penting masa lalu sekelompok manusia tertentu di wilayah tertentu. Sehingga perlu dibedakan antara makna kata sejarah dengan makna ilmu sejarah.


Ruang Lingkup Sejarah
Sejarah adalah sekumpulan peristiwa penting masa lalu sekelompok manusia tertentu di wilayah tertentu, sedang ilmu sejarah adalah ilmu yang mempelajari peristiwa penting masa lalu sekelompok manusia tertentu di wilayah tertentu. Sehingga perlu dibedakan antara makna kata sejarah dengan makna ilmu sejarah. Dalam membicarakan pengertian sejarah, terdapat tiga jangkauan arahan berpikir sejarah, di mana dari pengertian tersebut akan dapat ditemukan gambaran perbedaan makna akibat perbedaan sudut pandangnya, yaitu: 

1. Sejarah sebagai Peristiwa 
Sejarah sebagai peristiwa menyangkut kesadaran sebagai manusia yang bersejarah dan menyejarah. Bersejarah artinya manusia memiliki sejarah sedangkan pengertian manusia menyejarah artinya hanya manusia yang dapat membuat sejarah, sehingga keberadaan teori ini mengandung pengertian: 
a. Sejarah dipahami sebagai sesuatu yang telah berlalu yaitu kejadian-kejadian pada masa lampau yang sudah tidak  mungkin terjadi lagi dalam bentuk yang sama, sehingga tidak mungkin diamati dan disaksikan di masa sekarang dengan tepat. Ungkapan yang tepat untuk keadaan ini adalah kalimat “biarlah yang telah berlalu tetap berlalu”. 
b. Cerita  tentang sesuatu yang telah berlalu yang  dialami oleh manusia.
c. Keseluruhan pengetahuan sekitar waktu lampau manusia mengenai problematika tertentu dan mengenai masyarakat tertentu. 
d. Sejarah obyektif yaitu sejarah apa adanya sebagai proses dari perkembangan kejadian-kejadian sepanjang masa yang telah lampau. Sejarah yang tidak terbumbui oleh pendapat seseorang tentang suatu  kejadian sejarah. 

2. Sejarah sebagai Kisah 
Lain halnya dengan sejarah sebagai peristiwa, ada pendapat yang memandang sejarah sebagai kisah. Sejarah sebagai kisah diartikan sebagai sejarah yang disusun berdasarkan pengalaman masa lampau yang dipaparkan sebagai pernyataan dari sejarah sebagai peristiwa atau pertelaan sejarah. Hal ini dapat dikatakan bahwa sejarah sebagai  kisah merupakan : 
a. Aliran sejarah yang ingin menjelaskan sejarah yang berkaitan dengan motivasi manusia yang hidup pada waktu lampau.
b. Sejarah yang dikisahkan oleh si penutur sejarah baik sejarawan, maupun si penyaji sejarah sebagai peristiwa yang lainnya. 
c. Sejarah yang bersifat subyektif, yaitu sejarah yang telah mendapatkan penafsiran dari penyusun cerita sejarah, yaitu sejarawan (historicus). Sejarawan sebagai “The Man Behind the Gun”-nya lapangan sejarah. Mereka menyusun cerita sejarah berdasarkan jejak-jejak sejarah (jejak-jejak sejarah sebagai peristiwa) namun tetap dipengaruhi oleh sudut pandang/perspektif sejarawan itu sendiri. Sudut pandang sejarawan sangat dipengaruhi oleh ikatan waktu, kelompok, ideologi dan aspek lain yang ada di dalam kehidupan sejarawan, sehingga membawa dampak adanya kisah sejarah yang berbeda dan bahkan bertentangan antara penafsiran sejarawan satu dengan sejarawsan lain dalam melihat satu fakta sejarah yang sama baik dalam waktu, tempat, maupun tokohnya.

Oleh karena sejarah bersifat kisah atau cerita, maka isi kisahnya pun berbeda tergantung kepada siapa yang menyampaikannya, kepentingan, serta latar belakang si penyampai kisah bersangkutan. Kisah yang dituturkan berbeda karena setiap orang akan memberikan penafsiran yang berbeda tentang peristiwa yang dilihatnya. Dengan demikian akan cukup bijaksana jika sejarah dikisahkan itu disertai pula uraian mengenai sifat orang yang menyampaikan sejarah. 

3. Sejarah Sebagai Ilmu 
Lain halnya dengan sejarah sebagai peristiwa dan sejarah sebagai kisah, sejarah sebagai ilmu menempatkan sejarah sebagai sesuatu yang didasarkan pada kajian ilmiah. Suatu peristiwa masa yang telah lampau yang diamati dalam bentuk-bentuk perubahan sosial yang mempunyai relevansi dengan masa ini. Sejarah sebagai ilmu merupakan sejarah yang disusun berdasarkan penelitian sehingga dalam penyusunannya diperlukan keahlian khusus  dengan mengurangi sedikit mungkin subjektifitas penulisan dan memperbanyak logika, sistematika  berpikir yang jelas dan objektivitas sejarah sehingga tergambar peristiwa sejarah yang mendekati kejadian nyata yang sebenarnya. 

Sejarah sebagai ilmu baru lahir pada awal abad XX. Pada saat itu tengah terjadi perdebatan ilmiah di antara ilmuwan tentang sejarah. Perdebatan pertama kali terjadi di Jerman yang melibatkan ahli filsafat dan sejarah. Permasalahan yang diangkat adalah apakah sejarah dapat digolongkan sebagai cabang ilmu pengetahuan atau sebuah seni.

Ilmu sejarah sendiri sudah mulai berkembang pada abad XIX, seiring dengan perkembangan ilmu yang lain. Pengetahuan sejarah ini mencakup kondisi atau situasi manusia pada suatu masa yang hidup dalam jenjang sosial tertentu. Ilmu sejarah berusaha mencari hukum-hukum yang mengendalikan manusia dan kehidupannya dan juga mencari penyebab timbulnya perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia.

Sebagai dasar untuk memasukkan sejarah sebagai salah satu ilmu yang berdikari adalah bahwa sejarah memiliki: 
a. Obyek yang definitif, yaitu apa yang telah diperbuat oleh manusia di masa lampau kaitannya dengan masa kini dan masa mendatang. 
b. Formulasi kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan, yang berupa cerita sejarah yang disusun secara ilmiah.
c. Metode yang efisien, baik dalam pengumpulan sumber, yang berupa cerita sejarah yang disusun secara ilmiah.
d. Metode yang efisien, baik dalam pengumpulan sumber, interpretasi, kritik sumber maupun historiografinya. 
e. Sistematika penyusunan tertentu, yang dimulai dari langkah awal penyusunan sejarah hingga langkah terakhir penulisan sejarah. 

4. Sejarah Sebagai Seni 
Pengertian sejarah sebagai seni dan bukan sebagai ilmu tersendiri berlangsung hingga munculnya tokoh Herodotus, dalam arti sejarah bukan merupakan ilmu yang berdiri sendiri namun masih berada di bawah ilmu sastra. Setelah ditemukan adanya penelitian sejarah secara ilmiah maka ilmu sejarah tersaji secara sendiri. Walaupun demikian sejarah tetap tersaji sebagai suatu karya seni. 

Sejarah sebagai seni dapat dikatakan sebagai cabang ilmu humaniora yang memandang pada pemeliharaan warisan budaya, yaitu pengalaman dan pikiran adat istiadat, sopan santun, agama, lembaga, tokoh-tokoh, dan sastra. Namun bila dilihat materi yang didapat sebagai sumber sejarah bersifat mental, terlepas antara satu dengan lainnya, maka diperlukan keahlian untuk mengadakan perangkaian antar fakta, data dan sumber sejarah yang didapat untuk mengungkap kisah sejarah sehingga menarik. 

Penafsiran terhadap fakta, data dan sumber sejarah yang didapat untuk mengungkap kisah sejarah sehingga menarik. Penafsiran terhadap fakta, data dan sumber sejarah yang sama sangat mungkin berbeda hasilnya antara sejarawan satu dengan lainnya. Hal ini menyangkut kemampuan mengungkap peristiwa sejarah dalam bahsa yang indah, yang dapat membawa pembaca menikmati karya sejarawan dalam menyusun karya ilmiahnya dalam keadaan suka dan dapat  menikmati. Sebagai kesimpulan dalam penelitian sejarah diperlukan proses dan prosedur ilmiah, namun dalam penyajiannya diperlukan kemampuan artistik, namun bukan merupakan karya seni mumi, mengingat metode keilmuan sejarah berbeda dengan keilmuan seni. Menurut pendapat A.F. Polland, sejarah adalah ilmu dan seni sebab ia memuat analisa ilmiah di materinya dan sintesa artistik pada hasilnya. Sebagai suatu gambaran pengertian sejarah sebagai seni merupakan cara membuat pembaca sejarah tertarik atas informasi masa lalu yang disajikan karena unsur keindahan yang disertakan di dalam menyajikan informasi sejarah di masa lampau sehingga akan mencapai sasaran penyampaian informasi sejarah.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Sejarah sebagai peristiwa berarti bahwa kejadian itu pernah ada dan benar-benar terjadi serta bisa dibuktikan secara ilmiah. Sedangkan sejarah sebagai Kisah, selain peristiwa itu ada, juga bisa dikisahkan atau bisa diceritakan kembali. Sejarah sebagai ilmu bahwa sejarah menggunakan metode analitis yaitu hasilnya harus dapat diverifikasi dan dapat disetujui atau ditolak oleh para ahli. Sementara sejarah sebagai seni mengandung arti bahwa dalam penyajian dari hasil penyelidikan itu disusun dalam suatu rangka tertentu sehingga dapat menarik perhatian orang dan dapat mempengaruhi sikap jiwanya.

Ulangan Online_Perkembangan Indonesia Masa Orde Baru_IPS

Setelah menyelesaikan proses pembelajaran materi perkembangan kehidupan ekonomi, sosial, budaya dan politik pada masa Orde Baru di Indonesia, maka guru mengadakan ulangan bagi siswa kelas XII IPS. Ulangan dilakukan secara online, dimana siswa perlu mempersiapkan perangkat laptop (jika tidak memiliki bisa ulangan di lab komputer sekolah). Ulangan dilaksanakan dalam minggu ini.

Ketentuan dan panduan ulangan sama dengan ulangan sebelumnya. Ingat peserta didik wajib meminta username dan password kepada guru pengampu.
Berikut link ulangan online :

Masa Orde Baru_XII IPS 1

Masa Orde Baru_XII IPS 2

Demikian, informasi, silakan persiapan diri dengan baik, raih prestasi dengan tetap mengedepankan kejujuran. Terima kasih.

Wednesday, January 18, 2017

Sistem Politik_Sosial dan Ekonomi Kerajaan Bercorak Hindu Buddha

1. Sistem dan struktur sosial
Di kerajaan bercorak Hindu Buddha terdapat struktur sosial yang dibedakan atas masyarakat kota yang menganut agama Hindu/ Buddha dan memiliki tingkat penguasaan budaya yang lebih kompleks. Sedangkan masyarakat pedesaan pada umumnya masih menganut kepercayaan asli dan memiliki penguasaan budaya yang lebih sederhana. Mobilitas sosial vertikal jarang terjadi, karena masyarakat kerajaan pada umumnya bersifat tertutup (ingat dalam masyarakat Hindu berlangsung sistem kasta yang bersifat tertutup). Sistem kasta yang berlaku digunakan untuk menunjukkan status sosial dalam masyarakat kerajaan. Sedangkan mobilitas sosial horizontal relatif sering terjadi. Sistem kasta di kerajaan Hindu Budha di Indonesia tidak berlaku kaku, melainkan lebih longgar. Corak setiap kerajaan berlainan, ada yang bersifat Hindu dan ada yang bersifat Budha. Hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakatnya.

Perkembangan Ekonomi Dunia dan Indonesia_Pasca PD II

Sejak berakhirnya Perang Dunia II, terjadilah perubahan besar dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan militer di dunia. Setelah perang usai, kondisi perekonomian di Eropa mengalami kerusakan parah. Kegiatan ekonomi industri perdagangan di Eropa mengalami kerugian besar. 

Pada awal kemerdekaan, Indonesia mengalami kesulitan yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Rusaknya lahan pertanian dan pabrik akibat perang, sehingga tidak berfungsi maksimal
2. Indonesia tidak dapat mengekspor impor barang karena blokade Belanda
3. Masih beredarnya mata uang Jepang dalam jumlah besar secara tidak terkendali.

Masalah yang dihadapi Indonesia tersebut, mendorong pemerintah menyusun kebijakan :
1. Menerbitkan mata uang sendiri yaitu ORI (Oeang Repoeblik Indonesia) pada 17 Oktober 1946 berdasarkan UU No 19 tahun 1946.
2. Meresmikan berdirinya BNI pada tanggal 1 Nopember 1946 dengan pimpinan Margono Joyohadikusumo.
3. Berusaha menembus blokade Belanda dengan membina hubungan dengan India, mengeluarkan Kasimo Plan serta melakukan sanering terhadap nilai mata uang sehingga uang Rp. 5,00 ke atas menjadi separuhnya. 

Dinamika Masyarakat Pedesaan

Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang sebagian besar/ keseluruhan aktivitasnya berkaitan erat dengan tradisi, baik yang berkaitan dengan religi maupun non religi. Masyarakat tradisional pada umumnya hidup di pedesaan, sehingga dapat diidentikkan dengan masyarakat pedesaan.

H. Landis mengemukakan desa dari aspek statistik, psikologi sosial dan ekonomi. Dari statistik, pedesaan adalah tempat dengan penduduk kurang dari 2.500 orang. Psikologi sosial, pedesaan adalah daerah dimana pergaulannya ditandai dengan derajat intimasi/ keakrabannya yang sangat tinggi, sedangkan kota adalah tempat dimana hubungan sesama individu sangat impersonal/ longgar. Aspek ekonomi, pedesaan adalah daerah dimana pusat perhatian/ kepentingan adalah pertanian dalam arti yang luas.

Bentuk Historiografi

Dalam rangka mengungkapkan kembali peristiwa-peristiwa masa lampau, para sejarawan melakukan serangkaian proses penelitian dengan metode-metode ilmiah (metode sejarah). Dilihat dari pengumpulan datanya, ada dua jenis penelitian sejarah, yakni penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan.
1. Penelitian Lapangan
Dalam melakukan penelitian ada beberapa cara atau teknik yang dilakukan oleh seorang sejarawan. Ada seorang sejarawan yang datang ke tempat terjadinya peristiwa bersejarah atau ke tempat penemuan peninggalan-peninggalan bersejarah. Jika peninggalan-peninggalan sejarah itu sudah tersimpan di museum, maka seorang peneliti sejarah dapat melakukan penelitian di museum. Namun, jika seorang peneliti sejarah ingin mendapatkan keterangan langsung dari pelaku sejarah atau saksi sejarah yang masih hidup sebagai sumber lisan, maka peneliti sejarah dapat melakukan wawancara (interview).

Tuesday, January 17, 2017

Struktur Birokrasi Kerajaan Bercorak Hindu Buddha

Struktur birokrasi kerajaan bercorak Hindu dan Buddha dapat dikatakan hampir sama. Struktur birokrasi kerajaan dapat diketahui dari tata letak bangunan candi, prasasti, berita Cina dan berita asing lainnya. Secara umum, kraton atau istana merupakan ibukota kerajaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan, kegiatan ekonomi, kesenian dan kegiatan sosial budaya lainnya. Orientasi masyarakat terhadap keberadaan kraton dan kedudukan raja sebagai pemimpin makin kuat. 

Struktur birokrasi kerajaan Hindu Buddha meliputi : raja sebagai penguasa tertinggi. Posisi dibawah raja ditempati putra mahkota (rakryan i hino), rakyran i halu dan rakyran i Sirikan. Ketiga jabatan pada umumnya dipegang putra raja sebagai raja muda (yuwaraja). Dibawah yuwaraja terdapat jabatan pamgat timwan (mengurusi keagamaan) dan upappatti (mengurusi masalah peradilan). Dibawah jabatan tersebut terdapat 12 jabatan kraton sebagai pelaksana pemerintahan di tingkat pusat.

Pejabat tingkat rendah adalah para kepala desa yang disebut rama atau karaman, dimana setiap desa memiliki jumlah yang berlainan. Pada masa kerajaan Singasari dan Majapahit telah diletakkan dasar struktur birokrasi di Indonesia. Dalam waktu yang cukup lama, hal ini tidak banyak mengalami perubahan. Pada masa Majapahit, terdapat dewan penasehat raja (bhatara sapta prabhu) atau pahom narendra. Sedangkan dibawah raja terdapat jabatan raja muda (yuwaraja atau rakryan mahamantri).

Para pejabat di jajaran tanda ri ng pakiran-kiran memiliki bawahan atau pejabat pelaksana di daerah dengan urusan tertentu. Disamping itu juga terdapat daerah kerakaian atau watak, namun demikian dalam prasasti tidak diketahui pejabat yang mengurusi daerah itu. Tingkat paling rendah dalam birokrasi adalah wilayah dibawah watak yaitu wanua atau thani. Berkaitan dengan upacara penetapan suatu Çima (penetapan tanah perdikan) dipimpin seorang pendeta yang dihadiri pejabat kerajaan. Lihat kembali bagan struktur birokrasi pada sub materi sebelumnya.

Secara umum, struktur birokrasi kerajaan di Indonesia agak berbeda. Hal ini dipengaruhi faktor lingkungan dan tradisi masyarakatnya. Dalam birokrasi kerajaan Sriwijaya, dari berbagai sumber dapat diketahui bahwa raja sering mengeluarkan ancaman atau kutukan yang ditujukan kepada keluarga raja terutama yang diberi kekuasaan di daerah. Hal ini ditujukan untuk melakukan pengawasan langsung pada daerah dan bertindak tegas kepada penguasa daerah yang tidak setia. Raja berkuasa secara langsung dan berperan sangat penting. Daerah diberi hadiah bila berjasa, sebaliknya diberi hukuman bagi penguasa yang tidak setia.

Di pusat kerajaan Pajajaran, kekuasaan berada di tangan raja dan dalam menjalankan tugas sehari-hari dibantu Mangkubumi yang dibantu beberapa nu nangganan. Untuk mengurusi daerah yang luas, raja dibantu penguasa daerah yang otonominya sangat luas. Namun, mereka tetap mengakui kekuasaan raja di pusat kerajaan. Untuk urusan bandar atau pelabuhan, raja diwakili syahbandar.

Tanah dalam lingkungan kerajaan pada umumnya dimiliki raja yang berkuasa. Rakyat dapat memiliki tanah untuk dikerjakan atas nama kerajaan. Kepemilikan tanah oleh rakyat bersifat turun temurun. Namun, rakyat tidak akan menolak jika tanahnya diminta kerajaan untuk suatu keperluan.

Dalam rangka membiayai kelangsungan kerajaan, banyak mengandalkan dari pemungutan pajak. Penarikan pajak dilakukan pejabat daerah. Pejabat daerah menyerahkan kepada raja melalui pejabat istana setiap selesai panen. Pejabat pusat mengurusi administrasi pajak yang meliputi luas tanah, jenis tanah, patokan pajak, dan hasil bumi. Disamping itu juga pajak perdagangan, usaha kerajinan dan sebagainya.

Dalam lingkungan kerajaan bercorak Hindu Buddha, kekuasaan raja sangat mutlak (meskipun tidak semuanya). Raja dianggap sebagai titisan dewa. Sehingga menimbulkan kesetiaan rakyat yang sangat tinggi  kepada rajanya. Hal ini mempermudah raja dalam mengerahkan tenaga kerja. Raja dapat meminta rakyat untuk mengerjakan sesuatu, membangun jalan, tempat suci dan sebagainya.

Tradisi Hindu Buddha Setelah Runtuhnya Kerajaan Bercorak Hinduistis

Kemunduran dan runtuhnya kerajaan bercorak Hindu Budha bukan berarti tradisinya juga lenyap. Tradisi Hindu Buddha masih berlangsung sesuai dengan perkembagan jaman. Bahkan di daerah yang mendapat pengaruh Islam, tradisi ini tidak begitu saja hilang.

Mundur dan runtuhnya kerajaan bercorak Hindu Buddha di Indonesia mempengaruhi perkembangan atau keberlanjutan tradisi setempat. Di Jawa Barat, dengan berdirinya kesultanan Banten sedikit banyak mempengaruhi kerajaan Pajajaran. Masyarakat pendukung kerajaan yang menolak pengaruh budaya dan agama baru menyingkir ke pedalaman. Masyarakat yang bersedia menerima pengaruh baru perlahan-lahan beralih menjadi muslim. Adapun masyarakat yang menyingkir ke pedalaman di Banten Selatan, membentuk komunitas masyarakat Baduy. Kepercayaan yang dikembangnya disebut Pasundan Kawitan (Pasundan yang pertama). Tradisi yang lama dipertahankan dan menolak pengaruh luar yang baru.

Runtuhnya Majapahit membawa pengaruh serupa. Masyarakat yang menerima agama baru beralih menjadi muslim dan masuk wilayah kerajaan Islam. Hal ini berlangsung terutama di sepanjang pesisir utara Jawa. Adapun masyarakat yang menolak, sebagian menyingkir ke puncak Bromo dan membentuk masyarakat Tengger. Sebagian yang lain menuju ke Barat dan singgah di gunung Lawu dan mendirikan candi Sukuh dan Cetha. Sebagian yang lain menyingkir ke timur dan masuk Bali. Mereka membawa serta karya sastra Hindu Buddha ke Bali. Sehingga tradisi Hindu (dan Buddha) tetap berkembang pesat di Bali. Beberapa karya sastra tersebut bahkan dikeramatkan dan disimpan di pura. Perkembangan demikian berlangsung terus hingga sekarang di Bali. Tradisi Hindu Buddha dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi daerah Bali. Bali menjadi museum hidup kebudayaan Hindu di Indonesia. Agama Hindu di Bali disebut agama Hindu Dharma yang merupakan sinkretisme kepercayaan animisme dengan Hindu dan Budha. Roh nenek moyang dipuja oleh anak cucu setelah jenasah dibakar (Ngaben). Tempat pemujaan dilakukan di Pura. Dewa dalam agama Hindu diwujudkan sebagai Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutan Sang Hyang Widhi.

Tradisi Kasadha berkembang dalam masyarakat Tengger di puncak gunung Bromo dan berlangsung setiap tahun pada bulan purnama penuh / hari ke 14 bulan Kasada menurut kalender Tengger. Upacara ini merupakan perpaduan  agama, kepercayaan dan adat istiadat; meliputi persembahan hewan kurban (ternak, hasil bumi) yang dilepaskan ke mulut kawah. Prosesi upacara dimulai sejak sore hari di lautan pasir Bromo, dan ditampilkan berbagai kesenian tradisional. Pada pemuka masyarakat memberi restu kepada orang Tengger yang akan berkorban dengan sesaji, kembang dan dupa. Suasana berlangsung hingga larut malam. Menjelang dini hari, dilakukan upacara keagamaan. Ketika fajar para pembawa korban naik puncak gunung dan melemparkan korban ke kawah. Di jurang yang terjal, penduduk telah bersiap untuk memperebutkan korban.

Perkembangan tradisi Hindu Buddha di beberapa daerah di luar Jawa sangat berlainan. Di Sumatra, setelah runtuhnya Sriwijaya, tidak ada kerajaan lokal yang melanjutkan dam mengembangkan kebudayaan Hindu Buddha. Bahkan sejak awal abad VII Masehi, daerah Sumatra mulai masuk agama dan budaya Islam (lihat dalam materi berikutnya). Tradisi Hindu Buddha seolah terhenti dan digantikan oleh agama dan budaya Islam. Di Kalimantan, perkembangannya tidak begitu jelas. Di Sulawesi, Maluku dan Indonesia Timur telah ada beberapa kerajaan yang bercorak asli, dimana tidak dijumpai pengaruh Hindu Buddha di wilayah tersebut. Adapun keberlanjutan tradisi Hindu Buddha di Jawa, sejalan dengan masuk dan berkembangnya Islam mengalami proses akulturasi (lokal – Hindu Buddha – Islam).

Perkembangan Manusia Pra Aksara di Indonesia

Berdasarkan penelitian hasil temuan peninggalan sejarah yang berupa fosil (tulang manusia, hewan dan tumbuhan) maupun artefak (peralatan hidup) yang telah membatu, ternyata dapat diketahui bahwa di Jawa pernah hidup berbagai jenis manusia sejarah awal. Fosil manusia yang ditemukan berupa tengkorak, tulang paha, tulang kaki, dan rahang. Dengan merekonstruksi fosil tersebut, maka para ahli berusaha menganalisis bentuk fisik dan tingkat budaya saat itu.

Fosil manusia yang ditemukan pada jaman pleistosen terdapat di berbagai tempat di dunia. Di Indonesia sebagian besar baru ditemukan di Jawa. Indonesia, dalam hal ini Jawa menduduki posisi penting dalam perkembangan paleoantropologi, dimana banyak ditemukan fosil dari segala jaman pleistosen. Oleh karena itu nampak sekali perkembangan biologis manusia tersebut.

Jaman pleistosen ditandai dengan munculnya manusia dan diikuti dengan berbagai peristiwa yang memiliki pengaruh besar bagi kehidupan pada saat itu. Peristiwa tersebut adalah meluasnya es ke sebagian permukaan bumi, perubahan iklim, timbulnya daratan baru, terjadinya letusan gunung berapi, timbul dan tenggelamnya daratan karena turun naiknya permukaan air laut. Peristiwa ini mem[engaruhi cara hidup manusia, hewan maupun tumbuhan di muka bumi. Jenis manusia pada sejarah awal di Indonesia meliputi :

1. Meganthropus
Meganthropus berasal dari kata Mega = besar dan anthropus = manusia, artinya manusia besar. Jenis ini baru ditemukan satu yaitu Meganthropus Paleojavanicus atau Manusia Raksasa dari Jawa Kuno. Meganthropus diteliti oleh GHR. Von Koenigswald dan Marks di Sangiran (Jawa Tengah) tahun 1936 dan 1941 yang berada pada lapisan pleistosen bawah (formasi Pucangan). Adapun fosil yang ditemukan berupa tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat bila dibandingkan dengan rahang Pithecanthropus. Berdasarkan fosilnya, jenis ini memiliki ciri : rahang besar, geraham besar, otot kunyah kuat, muka masif, tulang pipi tebal, tonjolan kening tajam, tonjolan belakang kepala besar, tidak memiliki dagu, tempat pelekatan otot tengkuk yang besar dan kuat, dan perawakan yang tegap. Dalam kehidupannya memakan tumbuhan tanpa diolah dan hidup 2 juta – 1 juta tahun yang lalu. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa meganthropus memiliki ciri :
a. memiliki badan yang tegap dan rahang yang besar dan kuat.
b. hidup dengan memakan tumbuhan, misal umbi-umbian dan buah-buahan.
c. belum mampu bercocok tanam, tetapi hanya mengumpulkan bahan makanan dari alam sekitar.

2. Pithecanthropus
Pithecanthropus berasal dari kata Pithe = kera dan anthropus = manusia, artinya “manusia kera”. Jenis pithecanthropus merupakan bentuk paling dominan dan hidup sepanjang jaman pleistosen. Daerah penemuannya meliputi : Mojokerto, Kedungbrubus, Sangiran, Sambungmacan dan Ngandong (Jawa), Sumatra, Sulawesi, Philipina dan Cina. Adapun ciri pithecanthropus secara umum yaitu : tinggi badan 165 – 180 cm, badan tegap, geraham besar, rahang kuat, tonjolan kening melintang yang tajam dan tonjolan belakang kepala tajam, dagu dan hidung lebar. Volume tengkorak 750 cc – 1300 cc, hidup 2,5 juta – 1,5 juta tahun yang lalu serta memakan tumbuhan dan hewan. Dalam berburu, diperkirakan satu rombongan terdiri dari 20 – 50 orang. Wanita dimungkinkan banyak meninggal pada saat melahirkan. Banyak anak dalam masa berburu dianggap kurang menguntungkan. Jenis pithecanthropus dibedakan atas :

a. Pithecanthropus Mojokertoensis
Jenis ini sering disebut manusia kera dari Mojokerto, yang ditemukan di Perning, lembah Bengawan Solo (Mojokerto) oleh GHR von Koenigswald (1936) dan berasal dari lapisan pleistosen bawah yaitu formasi Pucangan Kepuhklager dan Sangiran. Di Kepuhklager temuan fosil berupa tengkorak berusia 6 tahun dengan volume tengkorak ± 650 cc dan jika dewasa ± 1000 cc. Tengkorak di Sangiran memiliki isi tengkorak berkisar 900 cc. Pithecanthropus Mojokertensis memiliki ciri : pemakan segalanya, hidup 2,25 juta – 1,25 juta tahun yang lalu. Secara fisik memiliki ciri: tinggi tubuh 130 – 210 cm, berat badan 150 kg, otak lebih besar daripada Meganthropus, otot tengkuk mengalami penyusutan, dahi masih menonjol dan berdiri tegak serta berjalan lebih sempurna.

b. Pithecanthropus Erectus
Jenis ini sering disebut manusia kera yang berjalan tegak yang ditemukan di Trinil (Ngawi) oleh Eugene Dubois tahun 1890. Ciri fisiknya : tinggi badan 165 – 170 cm, berat badan ± 100 kg, tangan mampu menggenggam, badan tegap dan alat pengunyah kuat. Volume otak sekitar 900 cc (manusia biasa sekitar 1000 cc). Makanan sudah mulai diolah, mulai menggunakan api, daging menjadi makanan sehari-hari dan hidup antara 1 juta – 0,5 juta tahun yang lalu. Cara berjalan belum tegak benar, dimana tangan masih sering membantu. Fosil yang ditemukan berupa sebagian tulang rahang, bagian atas tengkorak dan geraham. Berikutnya ditemukan geraham dan tulang paha kiri (1892).

Sejaman dengan pithecanhtropus Erectus, di Cina ditemukan Pithecanthropus Pekinensis. Di Kenya (Afrika), ditemukan jenis Austrolopithecus Afrikanus. Sedangkan di Eropa Barat dan Tengah ditemukan sisa makhluk manusia Piltdown dan Heidelberg. Jenis ini menurunkan manusia Neanderthal. Teuku Jacob menyatakan bahwa pithecanthropus sudah bisa bertutur ditambah bahasa isyarat.

c. Pithecanthropus Robustus
Pithecanthropus Robustus dapat diartikan sebagai pithecanthropus = manusia kera dan robustus = kuat/ besar, berarti manusia kera yang besar / kuat. Jenis ini ditemukan oleh Weidenreich dan Koenigswald di daerah Mojokerto dengan ciri unsur manusia lebih dominan (1939). Jika dilihat dari ciri fisik, maka jenis ini terletak diantara Pithecanthropus Mojokertensis dengan Pithecanthropus Erectus. Bentuk tubuhnya diperkirakan lebih besar dan kuat dibanding Pithecanthropus Erectus.

3. Homo
Homo merupakan manusia sejarah awal/ purba yang termuda bila dibandingkan dengan fosil manusia yang lain. Jenis Homo dapat dikatakan manusia purba yang memiliki sifat seperti manusia sekarang (Homo Sapiens). Jenis Homo yang dianggap tertua adalah Homo Neanderthalensis yang diperkirakan sudah hidup di bumi 250.000 tahun yang lalu. Jenis ini mendiami daerah Eropa, Asia Barat dan Afrika Utara. Kemampuan bertutur kata diperkirakan belum begitu berkembang. Volume otaknya berkisar 1.000 – 2.000 cc. tinggi badan berkisar 130 – 210 cm dengan berat badan mencapai 30 – 150 kg.

Jenis Homo Sapiens sudah muncul di bumi sekitar 40.000 tahun yang lalu. Jenis ini menyebar hampir di seluruh muka bumi. Homo Sapiens diperkirakan sudah mampu bertutur kata, meslipun masih sederhana dengan disertai bahasa isyarat. Populasinya tersebar di Niah/ Serawak (Malaysia), Palawan (Philipina), Cina Selatan dan Australia yang hidup sekitar 30.000 tahun yang lalu.

Adapun jenis Homo yang dijumpai di Indonesia, berdasarkan pelapisan tanah penemuannya, dapat diperkirakan hidup antara 60.000 – 20.000 tahun yang lalu. Fosil Homo ditemukan di daerah Wajak (Tulungagung) dan Solo. Ciri fisik lebih maju dibanding pithecanthropus yaitu volume tengkorak 1000 – 2000 cc, tinggi badan 130 – 210 cm, berat badan 30 – 150 kg, berdiri dan berjalan lebih sempurna. Disamping itu juga dahi masih menonjol, otot tengkuk mengalami penyusutan.

a. Homo Soloensis
Homo Soloensis ditemukan pada lapisan pleistosen atas di daerah lembah Bengawan Solo yaitu desa Ngandong. Fosil ini ditemukan dan diteliti Von Koenigswald dan Weidenreich (1931 dan 1934). Dari tempat tersebut ditemukan fosil berupa 11 tengkorak dan dua tulang paha. Von Koenigswald menyatakan jenis Homo Soloensis memiliki tingkat yang lebih tinggi dibanding jenis Meganthropus dan Pithecanthropus. Fosil yang ditemukan berupa tengkorak dengan volume otak yang lebih besar yang menunjukkan fosil manusia. Jenis ini hidup 900.000 – 200.000 tahun yang lalu. Homo Soloensis digolongkan jenis Homo Neanderthalensis yang merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens dari Asia, Eropa dan Afrika. Manusia Solo memiliki tinggi badan 1,30 m – 2,1 m dan berat badan 30 – 150 kg.

b. Homo Wajakensis
Homo Wajakensis ditemukan von Reistchotten (1889) dan diselidiki lebih lanjut oleh Eugene Dubois. Jenis homo ini ditemukan pada lapisan pleistosen atas di daerah Wajak, Tulungagung. Manusia Wajak termasuk rumpun sub ras Melayu Indonesia dan berevolusi menjadi ras Austromelanesoid. Adapun ciri fisiknya meliputi : tengkorak sedang, agak lonjong, muka lebih mongoloid dan pipi menonjol ke samping. Hidup sekitar 40.000 – 25.000 tahun yang lalu. Di Asia Tenggara dijumpai fosil sejenis yaitu manusia Niak (Serawak) dan manusia Tabon (Palawan/ Philipina).

Homo Wajakensis diperkirakan sudah mengenal api dan memakan makanan yang dimasak lebih dahulu secara sederhana. Disamping itu juga mampu membuat peralatan hidup dari batu dan tulang.

Berdasarkan jenis manusia pada sejarah awal tersebut, von Koeningswald membagi lapisan pleistosen menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Pleistosen bawah (formasi Pucangan)
Pada lapisan ini diselidiki oleh Duyfjes, von Koenigswald dan de Terra yang ditemukan jenis Pithecanthropus Mojokertensis dan Meganthropus Palaeojavanicus.

2. Pleistosen Tengah (formasi Kabuh)
Lapisan pleistosen tengah diselidiki Van Es, Duyfjes dan de Terra dan terpusat di daerah pegunungan Kendeng (Sangiran dan Trinil), daerah Kabuh dan Sumber Ringin (Jombang). Di formasi Kabuh ini ditemukan jenis Pithecanthropus Erectus.

3. Pleistosen Atas (formasi Notopuro)
Lapisan pleistosen atau formasi Notopuro merupakan pelapisan masa pleistosen yang paling muda. Pleistosen lapisan atas dapat dijumpai di pegunungan Kendeng, Ungaran, Ngawi, Jombang dan Sangiran. Penyelidikan dilakukan oleh Oppenoorth dan Ter Haar (1931 – 1932). Jenis yang ditemukan adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

Manusia jenis Homo Wajakensis yang ditemukan pada lapisan pleistosen atas, dimungkinkan termasuk Homo Sapiens. Jenis ini memiliki ciri fisik yang membedakan dengan jenis sebelumnya dan memiliki kemiripan dengan manusia modern.

Monday, January 16, 2017

Informasi SNMPTN tahun 2017


Latar Belakang
Penerimaan mahasiswa baru harus memenuhi prinsip adil, akuntabel, transparan, dan tidak diskriminatif dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi calon mahasiswa serta tetap memperhatikan potensi calon mahasiswa dan kekhususan perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan setelah pendidikan menengah menerima calon mahasiswa yang berprestasi akademik tinggi dan diprediksi akan berhasil menyelesaikan studi di perguruan tinggi berdasarkan prestasi akademik. Siswa yang berprestasi tinggi dan konsisten menunjukkan prestasinya layak mendapatkan kesempatan untuk menjadi calon mahasiswa melalui SNMPTN.

Dalam kerangka integrasi pendidikan menengah dengan pendidikan tinggi, sekolah diberi peran dalam proses seleksi SNMPTN dengan asumsi bahwa sekolah sebagai satuan pendidikan dan guru sebagai pendidik selalu menjunjung tinggi kehormatan dan kejujuran sebagai bagian dari prinsip pendidikan karakter. Oleh Karena itu, sekolah berkewajiban mengisi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) dengan lengkap dan benar, serta mendorong dan mendukung siswa dalam proses pendaftaran.

Tujuan
Tujuan SNMPTN adalah sebagai berikut:
a. Memberikan kesempatan kepada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA), atau yang sederajat di dalam dan luar negeri (Sekolah Republik Indonesia/SRI) yang memiliki prestasi unggul untuk menempuh pendidikan tinggi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
b. Memberikan peluang kepada PTN untuk mendapatkan calon mahasiswa baru yang mempunyai prestasi akademik tinggi.

Ketentuan Umum
a. SNMPTN merupakan pola seleksi nasional berdasarkan hasil penelusuran prestasi akademik dengan menggunakan rapor semester 1 (satu) sampai dengan semester 5 (lima) bagi SMA/SMK/MA atau sederajat dengan masa belajar 3 (tiga) tahun atau semester 1 (satu) sampai dengan semester 7 (tujuh) bagi SMK dengan masa belajar 4 (empat) tahun, serta portofolio akademik.
b. Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) merupakan basis data yang berisikan rekam jejak kinerja sekolah dan prestasi akademik siswa.
c. Sekolah yang siswanya mengikuti SNMPTN harus mempunyai Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) dan mengisikan data prestasi siswa di PDSS.
d. Siswa yang berhak mengikuti seleksi adalah siswa yang memiliki Nomor Induk Siswa nasional (NISN), memiliki prestasi unggul dan rekam jejak prestasi akademik di PDSS.
e. Siswa yang akan mendaftar SNMPTN wajib membaca informasi pada laman PTN yang dipilih tentang ketentuan yang terkait dengan penerimaan mahasiswa baru.

Ketentuan Khusus
Persyaratan Sekolah
Sekolah yang siswanya berhak mengikuti SNMPTN adalah:
SMA/SMK/MA atau sederajat (termasuk SRI di luar negeri) yang mempunyai NPSN dan telah mengisi PDSS dengan lengkap dan benar.

Persyaratan Siswa Pendaftar
Siswa SMA/SMK/MA atau sederajat (termasuk SRI di luar negeri) kelas terakhir pada tahun 2017 yang memenuhi persyaratan sebagai berikut.
a. Memiliki prestasi unggul yaitu calon peserta masuk peringkat terbaik di sekolah, dengan ketentuan berdasarkan akreditasi sekolah sebagai berikut:
1. akreditasi A, 50% terbaik di sekolahnya;
2. akreditasi B, 30% terbaik di sekolahnya;
3. akreditasi C, 10% terbaik di sekolahnya;
4. belum terakreditasi, 5% terbaik di sekolahnya.
Pemeringkatan dilakukan oleh Panitia Pusat.

b. Memiliki NISN dan terdaftar pada PDSS,
c. Memiliki nilai rapor semester 1 sampai semester 5 (bagi siswa SMA/SMK/MA atau sederajat tiga tahun) atau nilai rapor semester 1 sampai semester 7 (bagi SMK empat tahun) yang telah diisikan pada PDSS.
d. Memenuhi persyaratan lain yang ditentukan oleh masing-masing PTN (dapat dilihat pada laman PTN bersangkutan).

Penerimaan di PTN
Peserta diterima di PTN, jika:
a. lulus satuan pendidikan;
b. lulus SNMPTN 2017; dan
c. lulus verifikasi data dan memenuhi persyaratan lain yang ditentukan oleh masing-masing PTN penerima.

Tahapan Mengikuti SNMPTN
Tahapan mengikuti SNMPTN dilakukan sebagai berikut:
Pengisian dan Verifikasi PDSS
a. Kepala Sekolah atau yang ditugaskan oleh Kepala Sekolah mengisi data sekolah dan siswa di PDSS harus melalui laman http://pdss.snmptn.ac.id.
b. Kepala Sekolah atau yang ditugasi oleh Kepala Sekolah mendapatkan password yang akan digunakan oleh siswa untuk melakukan verifikasi.
c. Siswa melakukan verikasi data rekam jejak prestasi akademik (nilai rapor) yang diisikan oleh Kepala Sekolah atau yang ditugasi oleh Kepala Sekolah dengan menggunakan NISN dan password.
d. Apabila siswa tidak melaksanakan verifikasi data rekam jejak prestasi akademik (nilai rapor) yang diisikan oleh Kepala Sekolah atau yang ditugaskan oleh Kepala Sekolah maka data yang diisikan dianggap benar dan tidak dapat diubah setelah waktu verifikasi berakhir.

Pemeringkatan
a. Panitia Pusat melalui sistem membuat pemeringkatan siswa berdasarkan nilai mata pelajaran sebagai berikut.
1. Jurusan IPA: Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Kimia, Fisika, dan Biologi.
2. Jurusan IPS: Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sosiologi, Ekonomi, dan Geografi.
3. Jurusan Bahasa: Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sastra Indonesia, Antropologi, dan salah satu Bahasa Asing.
4. SMK: Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Kompetensi Keahlian (Teori Kejuruan dan Praktek Kejuruan).
b. Berdasarkan pemeringkatan prestasi akademik yang dilakukan Panitia Pusat, siswa yang memenuhi syarat diizinkan untuk mendaftar SNMPTN 2017.

Pendaftaran SNMPTN
a. Siswa Pendaftar yang memenuhi kriteria pemeringkatan, menggunakan NISN dan password login ke laman SNMPTN 2017 http://www.snmptn.ac.id untuk melakukan pendaftaran.
b. Siswa Pendaftar mengisi biodata, pilihan PTN, dan pilihan program studi, serta mengunggah (upload) pasfoto resmi terbaru dan dokumen prestasi tambahan (jika ada). Pendaftar harus membaca dan memahami seluruh ketentuan yang berlaku pada PTN yang akan dipilih.
c. Siswa Pendaftar pada program studi bidang seni dan olahraga wajib mengunggah portofolio dan dokumen bukti keterampilan yang telah disahkan oleh Kepala Sekolah menggunakan pedoman yang dapat diunduh dari laman http://www.snmptn.ac.id.
d. Siswa Pendaftar mencetak Kartu Bukti Pendaftaran sebagai tanda bukti peserta SNMPTN.
Bagi sekolah dan/atau pendaftar yang mengalami kesulitan akses Internet, dapat melakukan pengisian PDSS maupun pendaftaran dapat dilakukan di PLASA TELKOM di seluruh Indonesia.

Jadwal SNMPTN
Jadwal pelaksanaan SNMPTN adalah sebagai berikut:
Pengisian PDSS 14 Januari – 10 Februari 2017
Verifikasi PDSS 15 Januari – 12 Februari 2017
Pendaftaran SNMPTN 21 Februari – 6 Maret 2017
Pencetakan Kartu Tanda Peserta SNMPTN 14 Maret – 14 April 2017
Proses Seleksi 15 Maret - 15 April 2017
Pengumuman Hasil Seleksi 26 April 2017
Proses verifikasi dokumen peserta dan/atau pendaftaran ulang di PTN masing-masing bagi yang lulus seleksi tanggal 16 Mei 2017 (bersamaan dengan pelaksanaan ujian tertulis SBMPTN 2017).

Jumlah Pilihan PTN dan Program Studi
a. Pendaftar dapat memilih sebanyak-banyaknya 2 (dua) PTN. Apabila memilih 2 (dua) PTN, maka salah satu PTN harus berada di provinsi yang sama dengan SMA asalnya, apabila memilih satu PTN, maka PTN yang dipilih dapat berada di provinsi mana pun.
b. Pendaftar dapat memilih sebanyak-banyaknya 3 (tiga) program studi dengan ketentuan 1 (satu) PTN maksimal 2 (dua) program studi.
c. Urutan pilihan PTN dan program studi menyatakan prioritas pilihan.
d. Siswa SMK hanya diizinkan memilih program studi yang relevan dan ditentukan oleh masing-masing PTN.
e. Daftar program studi dan daya tampung SNMPTN tahun 2017 dapat dilihat pada laman http://www.snmptn.ac.id selama periode pendaftaran.

Biaya
Biaya SNMPTN ditanggung Pemerintah, sehingga Siswa Pendaftar tidak dipungut biaya apapun.

Prinsip dan Tahapan Seleksi
Prinsip Seleksi
Seleksi dilakukan berdasarkan prinsip:
a. mendapatkan calon mahasiswa yang berkualitas secara akademik dengan menggunakan nilai rapor dan prestasi-prestasi akademik lainnya yang relevan dengan program studi yang dipilih;
b. memperhitungkan rekam jejak kinerja sekolah.
c. menggunakan kriteria seleksi nasional dan kriteria yang ditetapkan oleh masing-masing PTN secara adil, akuntabel, dan transparan.

Tahapan Seleksi
Seleksi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pendaftar diseleksi di PTN pilihan pertama berdasarkan urutan pilihan program studi,
b. Pendaftar yang memilih program studi di dua PTN, jika tidak lulus di PTN 1 maka akan diseleksi di PTN 2 berdasar urutan prodi dan ketersediaan daya tampung.

Sanksi Bagi Sekolah dan/atau Siswa yang Melakukan Kecurangan
Sanksi tegas bagi siswa/calon mahasiswa dan/atau sekolah yang melakukan kecurangan sebagai berikut.
a. Sekolah yang melakukan kecurangan tidak diikutsertakan dalam SNMPTN tahun berikutnya.
b. Siswa yang melakukan kecurangan dibatalkan status kelulusan SNMPTN.

Laman Resmi dan Alamat Panitia Nasional
a. Informasi resmi SNMPTN 2017 dapat diunduh melalui laman http://www.snmptn.ac.id.
b. Informasi resmi juga dapat diperoleh melalui http://halo.snmptn.ac.id, dan call center 08041 450 450.
c. Informasi juga dapat diperoleh di kantor Humas PTN terdekat.
d. Alamat Panitia Pusat:
Gedung dr. Prakosa (Lt.2)
Kantor Pusat Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No 36A, Kentingan Surakarta 57126
Telp. 0271-7890329, Fax. 0271-636268
Email: panpus.snmptn.sbmptn@mail.uns.ac.id

Lain-lain
a. Siswa Pendaftar dari keluarga kurang mampu dapat mengajukan bantuan biaya pendidikan Bidikmisi melalui laman http://belmawa.ristekdikti.go.id/bidikmisi.
b. Perubahan ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan SNMPTN Tahun 2017 akan diinformasikan melalui laman http://www.snmptn.ac.id.

Wednesday, January 4, 2017

Sosialisasi Dalam Masyarakat


Sosialisasi menurut Soerjono Soekanto dikemukakan sebagai suatu proses tempat seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan perilaku orang-orang di dalam kelompok yang bersangkutan.
Sosialisasi yang berkembang dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi empat bagian, yaitu :
1. Sosialisasi primer
Peter Berger dan Luckman, mengemukakan pengertian sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, dimana ia menjadi anggota masyarakat.
2. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru dari dunia obyektif masyarakatnya.
3. Sosialisasi represif
Sosialisasi represif merupakan sosialisasi yang menekankan pengawasan yang ketat dan pemberian hukuman kepada setiap orang yang melanggar peraturan atau norma yang berlaku, misal di lingkungan pendidikan khusus (militer atau kepolisian).
4. Sosialisasi partisipasi
Sosialisasi partisipasi adalah sosialisasi yang menekankan pada keikutsertaan seorang individu dalam proses sosial. Individu yang mematuhi norma diberi pujian, sedangkan yang belum diberi bimbingan, diarahkan dan diluruskan seandainya terjadi penyimpangan.

Sosialisasi yang berlangsung dalam masyarakat dapat berjalan dengan baik dan lancar sangat dipengaruhi faktor :
1. Faktor internal
Faktor internal merupakan aspek yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor ini dapat meliputi motivasi, minat dan kemampuan yang dimiliki seorang individu dalam rangka menyesuaikan diri dengan tata pergaulan yang ada dalam masyarakat.

2. Faktor eksternal
Sedangkan faktor eksternal merupakan aspek yang berasal dari luar individu dalam melakukan sosialisasi di masyarakat. Faktor tersebut dapat berupa norma, nilai, struktur sosial, ekonomi, struktur budaya dan sebagainya.

Fungsi sosialisasi adalah :
1. Membentuk pola perilaku dan kepribadian individu berdasarkan kaidah nilai dan norma suatu masyarakat.
2. Menjaga keteraturan hidup dalam masyarakat atas keragaman pola tingkah laku berdasarkan nilai dan norma yang diajarkan.
3. Menjaga integritas kelompok dalam masyarakat.

Tujuan sosialisasi adalah :
1. Mewariskan nilai dan norma kepada generasi penerus
2. Membantu individu untuk mengenal lingkungan sekitar atau beradaptasi
3. Memberikan pengetahuan yang berhubungan dengan nilai dan norma yang harus dipelajari, diinternalisasi, serta dilakukan oleh individu
4. Menjaga hubungan sosial yang ditunjukkan dengan adanya integrasi dalam masyarakat.
5. Mencegah terjadinya perilaku menyimpang yang akan dilakukan seseorang / sebagai dasar pengendalian sosial.

Media Sosialisasi
Foller dan Jacobs mengemukakan empat agen utama sosialisasi yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa dan sekolah.
1. Keluarga
Keluarga merupakan tempat paling awal seorang individu melakukan pembelajaran diri dalam masyarakat. Secara sosiologis, keluarga dapat dibedakan atas keluarga inti (batih/ nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Keluarga inti terdiri atas ayah, ibu, anak yang tinggal di dalam satu rumah dalam waktu relatif lama. Orang tua memiliki peran penting dalam sosialisasi awal bagi seorang individu.
Orang tua memiliki peran penting dalam sosialisasi awal bagi seorang individu. Penanaman nilai dalam keluarga diharapkan dapat sesuai dengan karakter orang tua dan sejalan dengan nilai yang berkembang dalam masyarakat. Dalam proses pembelajaran anak, orang tua sangat berperan dengan mengambil kebijakan untuk :
1) Mengusahakan anak-anaknya agar selalu berdekatan dengan orang tuanya.
2) Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar sehingga anak tidak merasa tertekan jiwanya.
3) Mendorong agar anak dapat membedakan antara perilaku benar dan salah, baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, dan sebagainya.
4) Memberikan contoh perilaku yang baik dan pantas bagi anak-anaknya.
5) Menasehati anak jika melakukan kesalahan, selanjutnya menunjukkan dan mengarahkan ke jalan yang benar, serta tidak mudah dalam menjatuhkan hukuman kepada anak.

Dalam lingkungan keluarga, sosialisasi dapat dibedakan atas sosialisasi represif dan sosialisasi partisipasi. Sosialisasi represif (repressive socialization) mengutamakan adanya ketaatan anak pada orang tua. Sedangkan sosialisasi partisipasi (participatory socialization) mengutamakan partisipasi dari anak.
1) Sosialisasi represif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) menghukum perilaku yang keliru.
b) hukuman dan imbalan material.
c) kepatuhan anak.
d) komunikasi sebagai perintah.
e) komunikasi non verbal.
f) sosialisasi berpusat pada orang tua.
g) anak memperhatikan keinginan orang tua.
h) keluarga merupakan significant order (dominasi orang tua).

2) Sosialisasi partisipasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) memberikan imbalan bagi perilaku yang baik.
b) hukuman dan imbalan simbolis.
c) otonomi anak.
d) komunikasi sebagai interaksi.
e) komunikasi verbal.
f) sosialisasi berpusat pada anak.
g) orang tua memperhatikan keinginan anak.
h) keluarga merupakan generalized order (kerjasama ke arah tujuan).

2. Kelompok bermain (peer group)
Sejak lahir individu melakukan sosialisasi awal di lingkungan keluarga. Sejalan dengan bertambahnya usia, individu mulai mengenal teman sebaya sebagai kelompok bermain atau peer group. Individu/ anak mulai mempelajari aturan yang berkaitan dengan peranan orang yang kedudukannya sederajat. Individu akan menemukan keadaan yang berbeda dan kemampuan baru bersama teman bermainnya.
Pada usia remaja, kelompok bermain berkembang menjadi kelompok persahabatan yang lebih luas. Hal ini disebabkan bertambah luasnya ruang lingkup pergaulan remaja. Adapun peran positif kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian anak diantaranya :
1) Rasa aman dan rasa dianggap penting dalam kelompok akan sangat berguna bagi perkembangan jiwa anak.
2) Perkembangan kemandirian remaja tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan.
3) Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa, takut, khawatir, gembira dan sebagainya yang mungkin tidak diperoleh di rumah.
4) Melalui interaksi dalam kelompok, remaja dapat mengembangkan berbagai ketrampilan sosial yang berguna bagi kehidupannya kelak.
5) Pada umumnya kelompok persahabatan memiliki pola perilaku dan kaidah tertentu yang mendorong remaja untuk bersikap lebih dewasa.

3. Sekolah
Dreeben mengemukakan bahwa melalui media sekolah, anak dituntut memiliki tanggungjawab yang lebih karena semua pekerjaan yang diberikan sekolah tidak bisa dikerjakan dengan mengharapkan bantuan dari orang tua. Guru akan menuntut seorang anak untuk mandiri dan tidak tergantung kepada orang tua.
Sekolah merupakan tahap peralihan antara keluarga dan masyarakat. Sekolah memperkenalkan aturan yang baru bagi individu dimana sering berbeda dengan aturan yang telah dipelajari selama sosialisasi dalam keluarga.

Menurut Horton, fungsi nyata dari pendidikan diantaranya adalah :
1) Sebagai modal penting dalam menentukan mata pencaharian.
2) Dapat mengembangkan potensi demi pemenuhan kebutuhan pribadi dan pengembangan masyarakat
3) Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
4) Membentuk kepribadian.

4. Media massa
Media massa merupakan sarana komunikasi masyarakat secara luas yang memberikan pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat. Media massa dapat berupa media cetak maupun media elektronik. Pesan yang disampaikan melalui media massa berbeda satu dengan yang lain dan kadang-kadang bertentangan dengan aturan yang dipahami di rumah.

5. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja ikut mempengaruhi pembentukan kepribadian seorang individu. Setiap individu bekerja dalam kegiatan kelompok sesuai dengan tugasnya masing-masing. Pengaruh tersebut pada umumnya mengendap dalam diri individu dan sulit untuk diubah, terutama jika individu cukup lama bekerja di lingkungannya.

Tahap sosialisasi
Mengenai tahap-tahap sosialisasi telah banyak dikemukakan para ahli. Dalam hal ini akan diperkenalkan pemikiran :

a. George Herbert Mead
Sosialisasi yang dilakukan individu melalui peran yang harus dijalankan, sehingga lahir teori peranan atau Role Theory yang meliputi tahap :

1) Play Stage
Tahap ini sering diistilahkan dengan tahap bermain. Tahap bermain ditandai dengan peran yang dilakukan anak kecil yang menirukan peran yang dimainkan orang yang berada di sekitarnya, misal orang tua atau orang dewasa lainnya. Anak kecil yang bermain peran dan menjalankan peran tanpa memahami isi peran tersebut.

2) Game Stage
Game stage diistilahkan dengan tahap permainan, yang ditandai masa peniruan sudah mulai berkurang dan digantikan dengan peran yang secara langsung dimainkan dengan penuh kesadaran. Jumlah individu yang berinteraksi dengannya makin banyak dan kompleks serta mulai memahami peranan yang harus dijalankan orang lain.

3) Generalized Others
Generalized others sering diistilahkan dengan tahap penerimaan norma kolektif. Tahap ini ditandai dengan anak telah menginjak dewasa dan mampu mengambil peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat. Individu mampu berinteraksi dengan orang lain karena telah memahami peranan sendiri dan peranan orang lain.
Dengan demikian tampak sekali bahwa seorang individu terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.

b. Charles Horton Cooley
Gagasan Cooley sering dikenal dengan Looking Glass-self (Cermin Diri) yang dalam hal ini menekankan pentingnya peranan interaksi dalam sosialisasi. Seorang individu akan berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Individu tersebut berkembang melalui tahap :
1) Persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya.
2) Persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya.
3) Seorang individu mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadap dirinya.

6. Peranan nilai dan norma sosial dalam sosialisasi
Hidup manusia berpola pada nilai sosial. Nilai sosial merupakan ukuran, patokan, anggapan dan keyakinan yang dianut oleh orang banyak dalam suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap benar, pantas, luhur, dan baik untuk dikerjakan, dilaksanakan atau diperhatikan. Nilai sosial dapat dirumuskan sebagai petunjuk secara sosial terhadap obyek baik yang bersifat material maupun non material. Nilai sosial bersifat abstrak, sehingga harga diri diukur berdasarkan struktur sosial yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, nilai digunakan sebagai patokan berperilaku sosial, sehingga individu yang menjadi anggota kelompok harus melakukan penyesuaian terhadap nilai yang berlaku dalam masyarakat

Dalam sosialisasi, individu akan diajarkan nilai dan norma sosial yang ada dalam masyarakat. Pengetahuan dan pemahaman mengenai nilai dan norma sosial sangat penting dalam proses tersebut, agar manusia mampu melakukan penyesuaian terhadap nilai dan norma sosial yang sudah ada di dalam masyarakat. Sebagai petunjuk dan pedoman berperilaku serta sikap manusia, nilai dan norma disosialisasikan generasi tua kepada generasi muda di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat luas. Dengan demikian sosialisasi dapat dikatakan pula sebagai proses memahami nilai dan norma sosial yang ada dalam masyarakat.

Nilai dan Norma Sosial


1. Pengertian Nilai Sosial
Nilai merupakan sesuatu yang diperoleh melalui proses yaitu terbentuk dari apa yang benar, pantas, dan luhur untuk dikerjakan dan diperhatikan yang berstfat subyektif. Selain itu nilai dapat pula didefinisikan sebagai ukuran, harga, perbandingan, dan kadar. Tolok ukur nilai sosial adalah daya guna fungsional suatu nilai dan kesungguhan penghargaan, penerimaan, atau pengakuan yang diberikan oleh seluruh atau sebagian besar masyarakat terhadap nilai tersebut. Secara sosiologis, nilai atau value merupakan suatu ukuran, patokan, anggapan, dan keyakinan yang dianggap benar atau salah, baik atau tidak, pantas tidak pantas yang berguna bagi seseorang.

2. Jenis Nilai Sosial       
Nilai sosial dalam kehidupan masyarakat, menurut Notonegoro dibagi menjadi tiga macam yaitu :
a. Nilai material
Nilai material merupakan segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia. Lakukan pengamatan mengenai bentuk nilai material tersebut di lingkungan anda.

b. Nilai vital
Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas hidup manusia.

c. Nilai kerokhanian
Nilai kerokhanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi kebutuhan rokhani manusia. Nilai rohani dapat dibedakan atas :
1) Nilai kebenaran/ kenyataan
Nilai kebenaran atau kenyataan adalah nilai yang bersumber dari akal sehat manusia yaitu dengan menggunakan rasio, budi dan cipta manusia.
2) Nilai keindahan
Nilai keindahan merupakan nilai kehidupan yang bersumber pada perasaan manusia atau nilai estetika.
3) Nilai moral atau kebaikan
Nilai moral yaitu nilai yang bersumber pada unsur kehendak dan kemauan manusia yaitu aspek karsa dan etika.
4) Nilai religius
Nilai religius merupakan nilai kehidupan yang bersumber dari wahyu Tuhan dan bersifat mutlak dan abadi.

Walter G. Everett mengemukakan bahwa nilai sosial dapat dibedakan menjadi lima bagian yang meliputi :
a. Nilai ekonomi
Nilai ekonomi atau economic values merupakan nilai yang berhubungan dengan sistem ekonomi. Perekonomian masyarakat yang selalu berubah, berakibat nilai ekonomi akan mengikuti harga pasar.

b. Nilai rekreasi
Nilai rekreasi atau recreation values adalah nilai kehidupan dalam masyarakat yang meliputi berbagai permainan di waktu senggang, sehingga dapat memberikan sumbangan untuk mensejahterakan kehidupan manusia serta memberikan kesegaran jasmani dan rokhaninya.

c. Nilai perserikatan
Nilai perserikatan atau association values dapat diuraikan sebagai nilai kehidupan yang meliputi berbagai bentuk perserikatan manusia. Dari tingkat kehidupan keluarga hingga tingkat internasional.

d. Nilai-nilai watak
Nilai watak atau character values merupakan nilai kehidupan sosial yang meliputi seluruh tantangan serta kesalahan pribadi dan sosial, termasuk didalamnya keadilan, toleransi, suka menolong, dan sebagainya.

e. Nilai kejasmanian
Nilai kejasmanian atau bodily value merupakan nilai kehidupan sosial yang meliputi nilai-nilai pengetahuan dan pencarian kebenaran.

Selain tersebut di atas, nilai sosial dapat pula dibedakan menjadi dua bagian atas dasar ciri yang meliputi :
a. Nilai yang terencanakan
Nilai yang terencanakan atau mendarah daging (internalized) merupakan nilai sosial yang telah menjadi kepribadian bawah sadar. Dengan kata lain, mendorong manusia mengadakan tindakan tanpa berpikir lagi. Pelanggaran terhadap nilai sosial ini memiliki akibat perasaan malu atau bersalah yang mendalam dan sukar dihilangkan.

b. Nilai yang dominan
Nilai yang dominan merupakan nilai yang dianggap lebih penting dibanding nilai lainnya. Ukuran yang digunakan untuk menentukan dominan atau tidaknya nilai sosial didasarkan pada pertimbangan :
1) Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut.
2) Lamanya nilai tersebut dirasakan oleh anggota kelompok/ masyarakat.
3) Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai sosial.
4) Tingginya kedudukan orang yang akan membawakan nilai tersebut.

3. Ciri-Ciri Nilai Sosial
Adapun nilai sosial dalam masyarakat memiliki ciri sebagai berikut :
a. Nilai sosial merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi di antara anggota masyarakat. Nilai tercipta secara sosial, bukan bawaan sejak lahir atau secara biologis.
b. Nilai dapat diteruskan dan ditularkan dari satu orang/ kelompok ke orang/ kelompok lain melalui berbagai macam proses sosial.
c. Nilai sosial diperoleh, dicapai, dan dijadikan milik sendiri melalui proses belajar (sosialisasi) yang berlangsung sejak masa kanak-kanak dalam suatu keluarga.
d. Nilai sosial memuaskan manusia dan memiliki peranan dalam usaha pemenuhan kebutuhan sosial. Nilai sosial yang telah disetujui dan telah diterima secara sosial menjadi dasar bagi tindakan dan tingkah laku, baik secara pribadi, kelompok maupun masyarakat secara keseluruhan.
e. Nilai sosial dapat mempengaruhi perkembangan pribadi dalam masyarakat, baik secara positif maupun negatif.

4. Fungsi Nilai Sosial
Nilai sosial mempunyai fungsi umum sebagai berikut :
a. Sebagai faktor pendorong dan sekaligus menuntun manusia untuk berbuat baik.
b. Sebagai petunjuk arah dari cara berpikir, bertindak, berperasaan serta, panduan dalam menentukan pilihan.
c. Sebagai benteng perlindungan atau penjaga stabilitas budaya kelompok atau masyarakat.
d. Sebagai alat solidaritas atau pemersatu kelompok atau masyarakat.
e. Sebagai alat pengawas dengan daya tekan dan pengikat tertentu.

5. Pengertian Norma Sosial
Norma dapat dikatakan sebagai wujud dari nilai sosial. Norma dibangun di atas nilai dan diciptakan untuk menjaga dan mempertahankan nilai sosial. Norma merupakan petunjuk untuk hidup yang berisi perintah atau larangan agar manusia berperilaku sesuai dengan aturan atau norma, sehingga tercipta ketertiban dan kedamaian dalam kehidupan bersama dalam masyarakat.
Adapun ciri-ciri norma sosial adalah :
a. Umumnya tidak tertulis (lisan).
b. Hasil dari kesepakatan masyarakat.
c. Warga masyarakat sebagai pendukung sangat mentaatinya.
d. Apabila norma dilanggar, anggota masyarakat harus menghadapi sanksinya.
e. Norma sosial kadang-kadang bisa menyesuaikan perubahan sosial, sehingga norma sosial bisa mengalami perubahan.

6. Jenis-jenis Norma Sosial
Ditinjau dari berat ringannya sanksi atau kekuatan mengikatnya, norma dibedakan :
a. Norma cara (usage)
Usage merupakan aturan yang mengatur bagaimana seseorang atau sekelompok orang bertindak, misal aturan dalam cara makan, berjalan, berbicara dan sebagainya.

b. Norma kebiasaan (folkways)
Norma kebiasaan memiliki fungsi untuk mengatur segala bentuk perbuatan manusia yang dilakukan secara berulang-ulang.

c. Norma tata kelakuan (mores)
Norma tata kelakuan atau mores merupakan norma yang mengatur bagaimana seseorang berperilaku dan bertindak dalam masyarakat. Cara berperilaku yang diterima adalah kebiasaan yang diterima dan dianggap baik oleh sebagian besar dalam masyarakat. Misal tidak boleh atau larangan berjudi, minum minuman keras, berzina, dan sebagainya.

d. Norma adat (custom)
Norma adat mengatur mengenai tata kelakuan yang kekal dalam masyarakat dengan pola perilaku masyarakat. Pelanggaran norma ini diberi sanksi berupa dikucilkan atau dikeluarkan dari adat.

e. Norma hukum (laws)
Norma hukum merupakan tata kelakuan yang bersumber dari perundang-undangan. Dengan kata lain, norma hukum sebagai aturan yang paling tegas dan bersifat mengikat dan memaksa. Sanksi yang diperoleh juga paling berat. Berat ringannya tergantung pada jenis pelanggarannya, misal pidana, penjara, hukuman mati, hukuman seumur hidup, dan sebagainya.

Ditinjau dari sumbernya, norma sosial dapat dibedakan atas :
a. Norma agama
Norma agama adalah ketentuan mutlak yang berasal dari Tuhan yang diwujudkan dalam bentuk agama.

b. Norma kesusilaan
Norma kesusilaan berasal dari hati nurani atau akhlak sendiri mengenai apa yang baik dan apa yang buruk.

c. Norma kesopanan
Norma kesopanan merupakan norma yang berasal dari interaksi sosial dalam masyarakat.

d. Norma hukum
Norma hukum merupakan petunjuk dan ketentuan yang berasal dari ketentuan tertulis yang berlaku dan bersumber pada kitab undang-undang negara.

Secara umum, norma sosial dibedakan pula atas :
a. Norma resmi (formal)
Norma resmi atau formal merupakan patokan yang dirumuskan dan diwajibkan secara jelas dan tegas oleh pihak berwenang kepada semua warga masyarakat, contoh norma hukum.

b. Norma tidak resmi (nonformal)
Norma tidak resmi atau non formal adalah patokan yang dirumuskan secara tidak jelas dan pelaksanaannya tidak diwajibkan bagi warga masyarakat yang bersangkutan.

7. Keteraturan Sosial Dalam Masyarakat
Keteraturan sosial merupakan kondisi dinamis dari masyarakat, dimana sendi-sendi kehidupan bermasyarakat berjalan secara tertib dan teratur. Sehingga tujuan kehidupan bermasyarakat dapat dicapai secara berdaya guna dan berhasil guna.

Kondisi dinamis adalah suatu kondisi masyarakat yang sedemikian rupa tertib dan teratur, sehingga mampu menangkal segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar lingkungan masyarakatnya. Kondisi dinamis terwujud sebagai akibat suatu sistem pengendalian sosial atau kontrol sosial yang didasari oleh seperangkat sistem nilai dan norma sosial yang disepakati dan ditaati oleh seluruh anggota masyarakat secara konskuen. Keteraturan sosial dapat tercipta apabila ada unsur-unsur berikut:
1. Tertib sosial
Masyarakat dikatakan telah mencapai kondisi tertib bila terdapat keselarasan antara tindakan anggota masyarakat dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

2. Order
Order dalam keseharian diartikan sebagai perintah atau pesanan. Sedangkan dalam sosiologi, order merupakan suatu sistem norma dan nilai yang akan diakui dan dipatuhi oleh masyarakat. Sehingga order sosial (social order) adalah suatu sistem atau tatanan norma dan nilai sosial yang diakui dan dipatuhi oleh masyarakat.

3. Keajegan
Keajegan adalah suatu keadaan yang memperlihatkan kondisi keteraturan sosial yang tetap dan berlangsung terus menerus. Misal setiap hari siswa masuk ke sekolah memakai seragam.

4. Pola
Pola menekankan atau lebih berkaitan dengan bentuk suatu interaksi sosial. Sedangkan keajegan lebih menonjolkan suatu ciri sifat kelangsungan yang tetap (ajeg) pada suatu interaksi sosial. Misal kalangan atas menggunakan waktu luang dengan belanja ke butik terkenal.