Kolonialisme dapat diartikan sebagai rangkaian nafsu suatu bangsa untuk menaklukkan bangsa lain di bidang politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan dengan jalan dominasi politik, eksploitasi ekonomi dan penetrasi kebudayaan.
Bagi sebagian masyarakat awam, sering kata kolonialisme diidentikkan dengan imperialisme, padahal kurang tepat. Kolonialisme merupakan nafsu guna menguasai daerah lain. Namun usaha selanjutnya yaitu kolonis yang memiliki beberapa koloni di daerah lain berusaha menyatukan koloninya menjadi suatu sistem pengusahaan, maka usaha ke arah itu disebut dengan imperialisme. Dengan demikian kedua istilah tersebut merupakan suatu rangkaian atau proses.
Kolonialisme tidak dapat dipisahkan dari nasionalisme Eropa. Nasionalisme Eropa dengan dipengaruhi semangat persaingan bebas dari liberalisme dan dibesarkan dalam masyarakat industri kapitalis, tumbuh menjadi aliran yang penuh dengan emosi dan sentimen. Mereka cenderung merendahkan bangsa lain. Dengan demikian, nasionalisme Eropa pada waktu itu melahirkan kolonialisme (Roeslan Abdulgani. t.th).
Persaingan yang ada sering memunculkan perang satu negara dengan negara lain. Pertikaian di antara kolonis dilanjutkan di wilayah dunia timur berupa persaingan dalam rangka memperebutkan pusat perdagangan yang strategis. Hal ini sejalan dengan pendapat Soekarno (1964), jang menjebabkan kolonisasi itu bukanlah keinginan pada kemasjhuran, bukan keinginan melihat dunia asing, bukan keinginan merdeka, dan bukan pula oleh karena negeri rakyat jang mendjalankan kolonisasi itu ada terlampau sesak oleh banjaknja penduduk,-sebagai jang telah diadjarkan oleh Gustav Klemm-, akan tetapi asalnja kolonisasi jang teristimewa soal rezeki (h.1).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa :
Jang pertama-tama menjebabkan kolonisasi jalah hampir selamanja kekurangan bekal hidup dalam tanah airnja sendiri-sendiri, begitulah Dietrich Schefer berkata. Kekurangan rezeki, itulah jang mendjadi sebab rakjat-rakjat Eropah mentjari rezeki di negeri lain ! itulah pula jang mendjadi sebab rakjat-rakjat itu mendjadjah negeri-negeri, dimana mereka bisa mendapat rezeki itu (h.1).
Sumber :
Soekarno.1964. Di Bawah Bendera Revolusi Jilid 1. Jakarta : Panitia Penerbit DI Bawah Bendera Revolusi
Roeslan Abdulgani.t.th.Nasionalisme Asia Sebagai faktor kekuatan Dalam Percaturan Internasional. Jakarta :
CST. Kansil dan Julianto.1986. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia.Jakarta: Erlangga
Bagi sebagian masyarakat awam, sering kata kolonialisme diidentikkan dengan imperialisme, padahal kurang tepat. Kolonialisme merupakan nafsu guna menguasai daerah lain. Namun usaha selanjutnya yaitu kolonis yang memiliki beberapa koloni di daerah lain berusaha menyatukan koloninya menjadi suatu sistem pengusahaan, maka usaha ke arah itu disebut dengan imperialisme. Dengan demikian kedua istilah tersebut merupakan suatu rangkaian atau proses.
Kolonialisme tidak dapat dipisahkan dari nasionalisme Eropa. Nasionalisme Eropa dengan dipengaruhi semangat persaingan bebas dari liberalisme dan dibesarkan dalam masyarakat industri kapitalis, tumbuh menjadi aliran yang penuh dengan emosi dan sentimen. Mereka cenderung merendahkan bangsa lain. Dengan demikian, nasionalisme Eropa pada waktu itu melahirkan kolonialisme (Roeslan Abdulgani. t.th).
Persaingan yang ada sering memunculkan perang satu negara dengan negara lain. Pertikaian di antara kolonis dilanjutkan di wilayah dunia timur berupa persaingan dalam rangka memperebutkan pusat perdagangan yang strategis. Hal ini sejalan dengan pendapat Soekarno (1964), jang menjebabkan kolonisasi itu bukanlah keinginan pada kemasjhuran, bukan keinginan melihat dunia asing, bukan keinginan merdeka, dan bukan pula oleh karena negeri rakyat jang mendjalankan kolonisasi itu ada terlampau sesak oleh banjaknja penduduk,-sebagai jang telah diadjarkan oleh Gustav Klemm-, akan tetapi asalnja kolonisasi jang teristimewa soal rezeki (h.1).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa :
Jang pertama-tama menjebabkan kolonisasi jalah hampir selamanja kekurangan bekal hidup dalam tanah airnja sendiri-sendiri, begitulah Dietrich Schefer berkata. Kekurangan rezeki, itulah jang mendjadi sebab rakjat-rakjat Eropah mentjari rezeki di negeri lain ! itulah pula jang mendjadi sebab rakjat-rakjat itu mendjadjah negeri-negeri, dimana mereka bisa mendapat rezeki itu (h.1).
Sumber :
Soekarno.1964. Di Bawah Bendera Revolusi Jilid 1. Jakarta : Panitia Penerbit DI Bawah Bendera Revolusi
Roeslan Abdulgani.t.th.Nasionalisme Asia Sebagai faktor kekuatan Dalam Percaturan Internasional. Jakarta :
CST. Kansil dan Julianto.1986. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia.Jakarta: Erlangga
No comments:
Post a Comment