Wednesday, September 17, 2014
Ciri Kehidupan Masyarakat Pra Aksara di Indonesia
Kehidupan masyarakat dewasa ini mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan dalam masyarakat telah berlangsung dalam rentang waktu yang lama. Bahkan, jauh sebelum manusia mengenal tulisan. Dalam kesempatan ini, ada baiknya kita menelusuri kembali jejak masa lampau dari masyarakat pra aksara.
Palaeolithikum
Palaeolithikum atau jaman batu tua berlangsung kurang lebih 600.000 tahun yang lalu atau selama masa Pleistosen. Jaman batu tua ditandai dengan ciri : peralatan hidup dibuat dari batu yang dikerjakan secara kasar dan tidak diasah, manusia hidup dengan berpindah tempat (nomaden) serta berlangsung pada jaman dilluvium atau jaman pleistosen.
Dari jaman paleolithikum yang berlangsung selama kala pleistosen ditandai dengan adanya bukti fosil manusia di dunia. Oleh karena itu perkembangan budaya memiliki ciri sebagai berikut:
1) manusia masih hidup mengembara (nomaden)
2) masyarakat belum mengenal bercocok tanam
3) makanan diperoleh dari alam (food gathering)
4) alat yang dibuat masih sangat kasar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa manusia pada masa paleolithikum masih rendah tingkat kebudayaannya. Kehidupan mereka masih mengembara sebagai pemburu, penangkap ikan dan mengumpulkan bahan makanan yang berupa buah, jenis ubi, keladi dan sebagainya. Hubungan antar anggota kelompok sangat erat. Pembagian kerja dimungkinkan telah dibentuk secara sederhana. Laki-laki bertugas untuk berburu, sedangkan perempuan bertugas untuk memelihara anak dan mengumpulkan buah atau umbi-umbian.
Kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan di Indonesia, menunjukkan ketergantungan pada alam dan lingkungan manusia yang sangat kuat. Kegiatan ini dilakukan sejak manusia Pithecanthropus Erectus dan dilanjutkan oleh Homo Wajakensis atau Homo Sapiens. Adapun hewan buruan meliputi : rusa, kuda, babi hutan, kijang, kerbau, kera, gajah, kuda nil dan beberapa hewan buas lainnya.
Manusia pada jaman ini dimungkinkan telah mengenal api. Hal ini dibuktikan dengan penemuan arkeologis di gua Choukoutien (Cina) berupa fosil kayu bekas terbakar. Gua tersebut didiami Sinanthropus Pekinensis yang dianggap sejaman dengan Pithecanthropus Erectus. Selain Pithecanthropus Erectus, juga hidup meganthropus, Pithecanthropus Robustus, Pithecanthropus Mojokertensis, Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Peralatan rumah tangga secara berangsur-angsur juga mulai dikenal yang terbuat dari batu, tulang, bambu dan kayu.
Pada masa peralihan pleistosen ke holosen, kebudayaan paleolithikum masih berlangsung. Dalam masa peralihan ini, kebudayaan batu tua mendapat pengaruh dengan masuknya arus kebudayaan baru dari daratan Asia. Kebudayaan yang membawa corak baru tersebut dinamakan kebudayaan mesolithikum atau jaman batu tengah.
Mesolithikum
Mesolithikum atau jaman batu tengah diperkirakan berlangsung selama 20.000 tahun yang lalu atau selama kala Holosen. Jaman batu tengah di Indonesia ditandai dengan masuknya migrasi manusia dari daratan Asia. Kemampuan berpikir manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya mulai berkembang.
Jaman mesolithikum merupakan masa perkembangan hidup manusia yang ditandai dengan ciri : peralatan hidup masih menyerupai alat pada jaman sebelumnya, mulai dibentuk namun masih kasar. Manusia mulai hidup menetap dan bercocok tanam secara sederhana. Manusia sudah mencapai tingkat Homo Sapiens. Kebudayaan yang dihasilkan merupakan perkembangan paleolithikum yang mendapat pengaruh dari luar dan berlangsung selama jaman holosen. Adapun ciri perkembangan budayanya meliputi :
1) kehidupan manusia mulai menetap (seminomaden)
2) mulai mengenal bercocok tanam secara sederhana
3) mulai mengolah bahan makanan sendiri
4) alat yang dibuat masih mirip dengan jaman batu tua, tetapi sudah lebih halus
5) manusia pendukung kebudayaannya sudah mencapai tingkat Homo sapiens.
Kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan masih dilakukan, namun manusia mulai hidup menetap sementara. Perubahan cara hidup ini membawa pengaruh pada aspek kehidupan lainnya. Manusia mengembangkan peralatan hidup lebih bervariasi dan mulai mengenal cara penguburan. Kepercayaan juga mulai dikenal dengan bukti lukisan pada dinding batu rumah tinggal manusia.
Kehidupan bercocok tanam yang dikenal adalah berladang secara sederhana. Cara bercocok tanam dengan sistem perladangan, yaitu slash and burn. Pertama mereka membuka hutan lalu membakar ranting, daun dan pohonnya. Setelah itu manusia menanam jenis umbi-umbian. Setelah panen, manusia akan meninggalkan tempat itu dan mencari tempat yang baru dengan cara yang sama.
Kehidupan yang mulai menetap agak lama yang dilakukan manusia merupakan titik awal dari perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan. Pemilihan tempat tinggal mereka, akan mempengaruhi corak kebudayaan yang dihasilkan manusia. Manusia ada yang tinggal di gua di tepi sungai, tepi pantai dan ada yang masih berpindah tempat. Jenis manusia yang hidup adalah Papua Melanesoid, misal Papua (Indonesia), Semang (Malaysia), Aeta (Philipina), Sakai (Siak) dan Aborigin (Australia).
Neolithikum
Neolithikum atau jaman batu baru diperkirakan berlangsung tahun 2000 SM. Kebudayaan batu baru merupakan bentuk budaya yang tersebar luas di kepulauan Indonesia. Perkembangan budaya pada jaman ini sudah maju. Hal ini ditandai dengan peralatan hidup digunakan dengan ciri : alat dari batu sudah diasah dan diupam. Peralatan yang ditemukan tersebar merata di seluruh Indonesia. Manusia sudah hidup menetap dan bercocok tanam serta mulai mengenal tembikar/ gerabah dan tenunan. Adapun ciri perkembangan budayanya adalah :
1) kehidupan manusia sudah menetap secara mantap
2) sudah mengenal bercocok tanam dengan baik
3) sudah mampu mengolah bahan makanan sendiri
4) alat yang dibuat dari batu sudah halus dan kompleks
5) peradaban lebih maju dan dapat membuat alat rumah tangga yang lebih baik, misal kemampuan menenun dan membuat pakaian
Kehidupan mengembara sudah ditinggalkan, manusia mulai bercocok tanam dan beternak. Hidup menetap didukung dengan kemampuan membuat rumah secara sederhana. Hal ini mendorong pembentukan masyarakat yang memerlukan segala peraturan kerjasama. Pembentukan pemukiman melahirkan perkampungan atau desa yang ditopang pula dengan pembagian kerja. Kerajinan tangan berkembang pesat. Perkembangan demikian menjadi dasar-dasar pertama kehidupan manusia dalam konteks masyarakat seperti sekarang ini.
Kehidupan dalam masyarakat demikian, mendorong berkembangnya cara bekerja dengan gotong royong. Setiap pekerjaan yang dilakukan masyarakat dilakukan secara bersama-sama. Cara hidup demikian merupakan ciri khas masyarakat agraris. Perkembangan yang makin meningkat ini, mendorong upaya untuk berkomunikasi dengan masyarakat lain. Kebutuhan hidup yang meningkat, menyadarkan mereka bahwa tidak ada satu pun masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri. Oleh karena itu antar masyarakat mengadakan pertukaran barang dengan barang (sistem barter). Sistem barter ini menjadi awal berlangsungnya sistem perdagangan dalam masyarakat. Dalam perkembangan demikian, kemungkinan telah berkembang pula bahasa sebagai sarana komunikasi. Para ahli memperkirakan masyarakat menggunakan bahasa Melayu Polinesia atau rumpun bahasa Austronesia.
Pada akhir jaman neolithikum Indonesia dapat dikemukakan perkembangan kebudayaan masyarakat sebagai berikut : kehidupan sudah teratur, mengenal sistem pertanian dan irigasi, dikenalnya sistem pranata mangsa. Sistem pranata mangsa berkaitan dengan pertanian yang membutuhkan pengetahuan ilmu astronomi. Dalam kepercayaan dikenal adanya upacara pemujaan arwah nenek moyang. Kebutuhan manusia akan kepuasan rohani nampak dari peninggalan hasil seni, misal seni lukis, seni kerajinan, seni bangunan.
Berdasarkan uraian di atas, maka R. Soekmono mengemukakan bahwa kebudayaan neolithikum merupakan dasar kebudayaan Indonesia sekarang. Pada jaman ini berlangsung perubahan pola hidup masyarakat dari food gathering menjadi food producing. Manusia yang hidup pada jaman ini adalah bangsa Proto Melayu, misal suku Nias, Toraja, Sasak, Dayak.
Megalithikum
Kebudayaan megalithikum berlangsung pada jaman neolithikum dan jaman logam. Kebudayaan yang dihasilkan berupa bangunan batu besar. Batu besar yang dibuat tidak dikerjakan secara halus, melainkan diratakan secara kasar untuk mendapatkan bentuk yang dibutuhkan. Kebudayaan megalithikum didasarkan pada kepercayaan bahwa yang mati tetap ada hubungan dengan yang ditinggalkan. Masyarakat percaya bahwa yang mati akan memberikan kesejahteraan dan kesuburan tanaman. Bangunan batu besar sebagai sarana untuk menghormati mereka yang telah mati. Daerah penemuannya meliputi Nias, Sumatra, Jawa, Sumbawa, Flores, dan Toraja. Kebudayaan megalithikum berawal dari masa neolithikum, yaitu sejalan dengan telah berkembangnya budaya menetap dan kehidupan masyarakat bercocok tanam. Namun demikian megalithikum mengalami perkembangan pesat justru pada jaman logam. Jenis manusia yang hidup sama dengan masa neolithikum yaitu bangsa Proto Melayu yang hidup menetap.
Untuk artikel yang lain, silakan kunjungi di web kami www.penasejarah.com
Sumber :
1) R. Soekmono. 1986. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid 1. Jogjakarta : Kanisius
2) Heekeren, HR. Van. 1955. Penghidupan Dalam Zaman Prasejarah di Indonesia. Terj. Moh. Amir Sutaarga. Jakarta: Soeroengan
3) Sartono Kartodirjo, Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1975. Sejarah Nasional Indonesia Jilid I. Jakarta : Depdikbud
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
artikelnya bagus gan, smoga artikel saya dapat saling melengkapi
ReplyDelete.
MARKIJAR.Com - Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Praaksara dan Masa Aksara