Monday, May 19, 2014
Kehidupan Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Pola kehidupan masyarakat pada masa sejarah awal dapat dilihat pada ciri sosial, budaya, ekonomi dan kepercayaan masyarakat. Dalam hal ini kehidupan masyarakat pada masa berburu dan masyarakat pertanian.
Manusia pada jaman pleistosen di Indonesia yaitu sejak Pithecanthropus sampai Homo memiliki kehidupan yang sangat tergantung pada “pemberian alam”. Alam yang dimaksud adalah tempat yang cukup hewan, bahan makanan dan air. Dengan demikian daerah yang disenangi adalah di tepi sungai atau danau. Mereka hidup berkelompok (20 – 50 orang) untuk menghadapi keganasan alam dan ancaman hewan buas. Kegiatan hidupnya ditujukan pada pemenuhan makanan dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering) dengan alat yang sederhana.
Dalam kegiatan berburu diperlukan organisasi kerja dan diperkirakan telah mengenal bahasa dalam taraf sederhana. Dalam berburu kadang melibatkan 20 – 50 orang. Perempuan tinggal di “pangkalan” guna mengumpulkan buah-buahan, daun-daunan, umbi-umbian dan binatang kecil serta memelihara anak.. Tingkat kematian perempuan cukup tinggi terutama pada saat persalinan. Demikian pula dengan kematian anak pada saat lahir. Orang tua tetap dirawat untuk penerusan pengalaman kepada anak-anak. Bila suatu kelompok terlalu besar, terjadilah proses pemecahan kelompok dan dilakukan penyebaran penduduk. Menurut perkiraan, pada kala pleistosen manusia jenis Pithecanhtropus di Jawa sekitar 500.000 orang.
Faktor yang penting dalam tingkat hidup berburu dan mengumpulkan makanan adalah alat dan api. Peralatan hidup dibuat dari bahan batu, kayu dan tulang. Api mulai digunakan untuk memanasi makanan dan menghindari binatang. Bukti penggunaan api ditemukan pada Pithecanthropus Erectus di Trinil dalam bentuk kayu yang sudah terbakar. Pada tingkat akhir masa berburu ini, ditemukan pula bukti kepercayaan manusia kepada kekuatan alam, khususnya yang berhubungan dengan berhasilnya berburu berupa lukisan pada dinding gua.
Pembuatan peralatan hidup di Indonesia tidak menunjukkan kemajuan. Hal ini mungkin disebabkan masyarakat lebih mengutamakan alat dari bahan kayu. Sedangkan peralatan hidup dari tulang dan tanduk di daerah Ngandong dibuat oleh Homo Soloensis.
Dalam perkembangannya, manusia berusaha mendapatkan tempat tinggal yang dapat melindungi diri dari bahaya alam dan hewan. Mereka memilih tinggal di gua-gua di lereng bukit. Ada sebagian yang memilih tinggal di daerah pantai dan ada yang di pedalaman. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan masa berikutnya. Mereka yang tinggal di pantai bertumpu pada makanan laut (kerang dan ikan), sedangkan di pedalaman pada umumnya di tepi sungai dengan bertumpu pada hasil hutan atau daging hewan buruan.
Dengan demikian ciri kehidupan masa berburu dan mengumpulkan makanan (foodgathering) meliputi :
a. kehidupannya foodgathering
b. hidup berpindah tempat (nomaden)
c. hidup berkelompok
d. sudah ada kebudayaan
e. perkembangannya sangat lambat
Demikian, semoga dapat bermanfaat bagi anda.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment